mulailah mencintai negri kita dengan karya sastranya ^_^

aku anak indonesia,
cinta negeri dan menghargai
karya sastra indonesia...
HIDUP INDONESIA!!!!!

Rabu, 29 Desember 2010

resep minnuman buat kita-kita yang lagi masa puber

Resep Jus Booster : Menu Anak Puber
October 18th, 2010 by admin Apa Komentar Anda untuk Resep Ini?.. »

Bahan Jus Booster:

* 4 bh wortel
* 10 lbr daun bayam
* 2 tgk selederi
* 1/2 ruas jari jahe
* 100 ml air jeruk manis

Cara Membuat Jus Booster :

1. Masukkan semua bahan dalam blender, haluskan, kemudian tuang dalam gelas.
2. Sajikan segera.

Untuk 2 porsi.

Nilai gizi per porsi:
Energi: 105 Kalori
Protein: 3.9 gram
Lemak: 0.7 gram
Karbohidrat: 20.6 gram

Sumber : Tabloid-Nakita.com

* resep sarapan jus
* cara menbuat boster
* Jus anak
* kumpulan resep jus untuk kesehatan
* menu jus sehat untuk anak

artikel

Artikel
TAHUN BARU MASEHI 2011
AKAN IKUT MERAYAKAN ???
Oleh : Winni Siti Alawiah

“HAPPY NEW YEAR…………….”
Ucapan itulah yang sering terlontar dari mulut sebagian kita terlebih kaula muda. Mengapa ? Tell me why ? karena kita tidak sadar terhadap apa yang kita ucapkan tadi apakah benar atau bagaimana ? Mau tahu kenapa dan bagaimana menyikapinya…
Sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya teknologi membawa umat manusia pada kehidupan yang canggih tak terkecuali umat Islam, mereka terkena dampak dari perkembangan zaman ini. Kemajuan teknologi yang sekarang banyak datang dan dihasilkan oleh kaum barat membawa dampak positif bagi manusia, contohnya majalah yang ada di tangan kamu sekarang merupakan hasil akhir dari proses teknologi canggih dari mulai penulisan dengan komputer, juga pencetakan yang rapid an cepat dengan proses yang menggunakan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
Tetapi disisi lain umat Islam tidak bisa membedakan antara kemajuan teknologi (science) dan peradaban (hadhoroh) yang dibawa bangsa barat, salah satu contoh adalah, umat muslim mengikuti kebiasaan mereka dalam merayakan tahun baru masehi dengan penyambutan yang meriah mulai dari meniup terompet sambil kumpul dengan yang lain dalam suasana party, dan yang mengerikan lagi adanya adegan jingkrak-jingkrakkan gembira ketika berbunyi bel tanda jam dua belas malam pertanda masuknya tanggal satu ditahun yang baru. Kemudian dilanjutkan dengan pesta hura-hura laki-laki dan wanita berbaur menjadi satu tanpa punya persaan bersalah sedikit pun.
Disadari atau tidak kaum muslimin pada saat sekarang ini sudah terpengaruh oleh kebudayaan mereka (barat), maka tidak aneh kalau sehari bahkan semingg4 sebelum datangnyatahun baru mereka sibuk membeli terompet, katanya sih ikut berpartisipasi dalam /erayaan tahun baru (bangsa barat). Padahal Rasulullah melarang untuk mengikuti suatu perbuatan tanpa dalil yang kuat. Sabdanya :
“barang siapa yang menyerupai (tasyabbuh) dengan kaum yang lain, maka dia termasuk kaum tersebut’.
Jadi jika kita mengikut kaum barat (kafir) maka kita sama seperti mereka. Apakah Antum antuna mau digolongkan dengan orang kafir ? iiiihh No Way ! Lagi pula acara itu menghabiskan waktu, tenaga dan fulus untuk membeli terompet. Tidak ada manfaat dan gunanya bagi kita, bukankah Raul berkata :
“sebaik-baiknya seorang muslim ialah yang meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya”.
Terus bagaimana jadinya…? Begini, kita selaku umat Islam mempunyai li0a prinsip yang harus dipegang teguh :
1. Allah tujuan kita
2. Rasul panutan kita
3. Al Qur’an pedoman kita
4. Jihad jalan hidup kia
5. Syahid cita-cita kita

Jadi semua perbuatan kita harus sesuai dengan lima diatas. Sekarang kita Tanya, Menyambut tahun baru dengan hura-hura dan party seperti yang diceritakan di atas, Apakah ada perintahnya dari Allah ??? Apakah Rasulullah memberikan contoh ?? Apakah ada dalilnya dari Al Quran ?? Apakah itu sesuai dengan jalan hidup kita ?? Apakah itu sesua denagn cita-cita tertinggi kita ??.
Walhasil kita sebagai generasi muda Islam harus memahami dan bisa membedakan antara sains dan hadhoroh, penyambutan tahun baru masehi dengan pesta itu termasu hadhoroh gorbiah yang tidak mesti diikuti bahkan tidak boleh mengadakannya. Datangnya tahun baru menandakan bahwasanya dunia ini semakin tua dan semakin berkurang umurnya dan suatu saat akan hancur. Maka ingatlah ! dunia pasti akan hancur begitupun kita pasti akan mati.
Dengan bertambahnya umur kita dan dunia maka kenikmatan ini harus kita syukuri dan memohon kepada Allah supaya kita diberikan kekuatan untuk mensyukuri seluruh nikmat Allah serta memohon petunjuk kepada Nya.

Mahasiswa Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
UNIVERSTAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009

Jumat, 17 Desember 2010

Situasi yang kurang mengenakkan...

Terjadi dari 3 hari yang lalu sampai berita ini saya buat. sungguh, tidak mengenakkan beraktivitas dengan kondisi tubuh yang tidak fit. Flu yang sudah menjalar ke seluruh penjuru hidung, ditambah subuh tubuh yang mulai memanas, ditambah dengan pasokan dana yang semakin menipis (bagi penghuni kost seperti saya).
Bukan tanpa usaha saya untuk sembuh, tapi apa mau dikata sudah minum obat, minum susu, istirahat (sambil membelakakan mata di depan tv, hehe), berusaha tidak mandi sore (jadi keterusan, hehe), namun semua usaha itu sepertinya belum dapat mengusir virus yang berhasil menyandra antibodi tubuh saya sementara.
Kepada kawan-kawan Dik. C 2009, Para gadis cantik penghuni kost negla hilir no 11, keluarga saya d'sukabumi, pria bermata aneh dr Ujung berung dan Sheny sepupunya, Bpk n bu Kost , saya memohon do'anya agar cepat diberi kesehatan kembali yang ternyata sangat mahal nilainya dibandingkan dengan uang jajan saya, hehe.

Minggu, 14 November 2010

Beberapa bagian penting di PEMKOT Sukabumi

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI

KANTOR PDE, ARSIP DAERAH DAN HUMAS





VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
Tugas pokok dan fungsi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi yang tercantum dalam Keputusan Walikota No.44 Tahun 2004 tentang Kedudukan, fungsi dan tata kerja kantor Infokom, PDE, Arsip Daerah Kota Sukabumi, Mempunyai potensi yang strategis dalam upaya turut serta mewujudkan masyarakat yang seehat, cerdas dan sejahtera.
Peranan Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi di era globalisasi ini tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan dibidang lainnya. Globalisasi khususnya dibidang informasi dan komunikasi akan sangat membutuhkan sarana untuk pemenuhan kebutuhan akan informasi bagi masyarakat luas.
Melhat kondisi yang demikian, masyarakat akan mencari alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi, salah satu alternatif tersebut adalah dengan mencari sarana atau tempat dimana mereka akan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan salah satunya dengan tersedianya berbagai macam sumber informasi baik berupa media cetak maupun elektronik termasuk kemudahan layanan akses internet.
Dengan pesatnya perkembangan globalisasi informasi, Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi berupaya selalu meningkatkan kualitas maupun kuantitas dalam berbagai hal, disamping terus berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, kualitas peralatan penunjang komunikasi (infrastruktur RSPD, Kamera, Kualitas Jaringan Internet), juga termasuk tersdianya depo / gedung penyimpanan dokumen arsip.
Dengan perkembangna teknologi informasi yang terus berkembang, Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi, merasa terpacu untuk dapat mewujudkan bagian dari pusat informasi dan komunikasi, dimana masyarakat apat dengan mudah mendapatkan segala bentuk data dan informasi yang mereka butuhkan dengan cepat, tepat, akurat dan terpercaya.
Oleh karenanya Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi dalam menyusun perencanaan,program dan kegiatan untuk mencapai tujuannya, mempunyai Visi sebagai berikut:

“Terwujudnya Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi sebagai pusat penyediaan Data dan Informasi yang cepat, tepat, akurat dan terpercaya”.

Misi SKPD
Untuk dapat mewujudkan visi sebagai pusat penyedian data dan informasi yang cepat, tepat, akurat dan terpercaya Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi telah menetapkan misi sebagai langkah atau jalan untuk mencapai tujuan instansi.
Misi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi adalah :

1. Menyediakan data dan informasi baik lisan, tulisan maupun dalam bentuk data elektronik yang berbudaya dan bermartabat bagi insan pers dan masyarakat pengguna informasi lainnya.
2. Memfasilitasi pembentukan pendapatan umum yamg seimbang dan setara antara kepentingan pemerintah, masyarakat dan industri pers melalui kegiatan sosialisasi kebijakan pemerintah Daerah Kota Sukabumi.
3. Mewujudkan penataan dokumentasi dengan sistem kearsipan yang relevan dengan kepentingan iptek.
4. Mewujudkan fungsi kehumasan sebagai juru bicara pemerintah daerah yang professional.

Tujuan
Berdasarkan Misi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi, kami menetapkan tujuan sebagai berikut :

1. Memfasilitasi Manajemen Pemerintahan Daerah Kota Sukabumi yang transparan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan sehingga akuntabilitas publik senantiasa terjaga dan terpelihara;
2. Mendukung dan mendorong masyarakat pengguna informasi dan komunikasi untuk dengan mudah mengakses informasi melalui media internal (berita kota, selayang pandang, leaflet dll), media masa cetak maupun elektronik termasuk akses website Pemerintah Kota Sukabumi (www.sukabumikota.go.id);
3. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi dan penataan sistem pengelola arsip dengan menyelenggarakan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi kearsipan.melalui kegiatan pembekalan dan pelatihan bagi para pengelola kearsipan diseluruh SKPD;
4. Meningkatkan kredibilitas pemerintahan yang amanah melalui upaya pemberdayaan sistem informasi dan komunikasi berbasis teknologi informasi.

Strategi

Strategi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas ditujukan pada pencapaian visi dan misi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas guna mendukung tercapainya visi dan misi Kota Sukabumi melalui upaya-upaya peningkatan dan pengembangan kemampuan baik administratif maupun teknis operasional dengan mengedepankan prinsip nilai.

Nilai merupakan prinsip sosial, tujuan atau norma yang diterima dan diperlukan individu, organisasi atau masyarakat. Nilai nilai yang mendorong dan mendukung tecapainya dan terwujudnya Visi dan Misi Organisasi perlu diidentifikasikan, dipelihara dan dimantapkan. Nilai-nilai mempunyai dampak penting bagaimana misi organisasi dilaksanakan oleh karena itu, nilai mengandung hal hal sebagai berikut :

a. Profesionalisme

Untuk mencapai Visi dan Misi yang ditetapkan diperlukan adanya sumber daya manusia yang professional. Yang hanya dapat dicapai melalui pendidikan dan bimbingan teknis dengan menjabarkan tugas fungsinya. Hal ini bermakna bahwa dalam menjalankan tugasnya, mereka harus memiliki integritas yang tinggi dalam rangka mengemban Visi dan Misi organisasi.

b. Kredible

Dalam mengemban amanat masyarakat yang dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Eksistensi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi sangat tergantung dari kualitas aparatnya. Terutama dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat dan oleh karenanya kredibilitas dengan sendirinya dapat terwujud.

c. Kebersamaan

Adanya komitmen diantara para anggota organisasi satu sama lain menjadi modal dalam mencapai Visi dan Misi organisasi. Ini berarti masing masing anggota harus menghindari ego sektoral dan lebih mengedepankan kepentingan organisasinya sendiri. Dengan kata lain diperlukan adanya kerjasama / kebersamaan yang baik antar komponen dalam organisasi tersebut, untuk mewujudkan Visi dan Misi organisasi. Organisasi tidak hanya menuntut kewajiban dari pada anggota organisasinya tanpa memikirkan hak mereka.
Makna yang terkandung dalam kebersamaan itu meliputi ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kesepakatan dan rasa tanggung jawab;
2. Mau dan mampu menerima keanekaragaman yang ada baik etnis, agama, budaya dan latar belakang lainnya;
3. Saling menghargai dan saling menghormati;
4. Mengembangkan sikap silih asah, silih asih dan silih asuh;
5. Menghargai hak orang lain;
6. Mengutamakan keutamaan kolektif;
7. Mengutamakan rasa kepedulian yang tinggi.

d. Keberanian

Keberanian adalah kenyataan yang perlu diterima dan dilakukan secara aktif untuk menjawab tantangan zaman sebagai konsekwensi perubahan dalam era globalisasi.

e. Tanggung jawab

Tanggungjawab merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi untuk meyakinkan adanya keharmonisan dalam pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Dengan demikian semua seksi/komponen organisasi akan bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing namuntetap memperhatikan pencapaian hasil akhir bagi organisasi secara keseluruhan. Setiap seksi/komponen organisasi bekerja dalam rangka mencapai tujuan dan tidak bekerja masing-masing.

f. Efisiensi

Untuk menjamin dan mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam bidang pelayanan bagi masyarakat pengguna informasi, maka komitmen seluruh aparatur dalam memberikan pelayanan prima pada Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi menjadi mutlak adanya.
Kebijakan
Kebijakan pada dasarnya adalah merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman / pegangan bagi setiap usaha atau kegiatan untuk mencapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai Sasaran, Tujuan, Misi dan Visi Organisasi. Kebijakan yang ditetapkan Kepala Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi sesuai dengan kewenangan yang ada adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan luas cakupan dan liputan data dan informasi yang bermartabat dan berbudaya.
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai analis data dengan mengembangkan kualitas hardware pengelola data elektronik.
3. Menghasilkan kualitas hubungan kemitraan sinergis dan serasi, selaras dan seimbang (harmonis) antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan industri pers baik media masa cetak maupun elektronik.
4. Menghasilkan persepsi yang sama dan berkualitas antar pemerintah dan insan pers serta lembaga masyarakat pengguna informasi, terutama dalam menterjemahkan kebebasan pers yang propesional dan ber etika jurnalistik.
5. Meningkatkan intensitas interaksi komunikasi antar pemerintah dan masyarakat dalam mengelola opini publik.
6. Menghasilkan kualitas sarana prasarana penyimpanan arsip dan SDM/pengelola kearsipan;
7. Menghasilkan daya dukung dan daya ungkit yang optimal dan berbasis kinerja terhadap pencapaian Visi Misi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas.

Dalam rangka mengoprasikan kebijakan tadi, kami telah merumuskan serangkaian program dan kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran. Program yang ditetapkan adalah :

1. Perbaikan sistem administrasi kearsipan melalui kegiatan pendataan dan potensi/profil dengan pemanfaatan fungsi kehumasan dan optimalisasi dukungan dokumentasi oleh arsip daerah.
2. Pengembangan Komunikasi Informasi dan media massa, melalui peningkatan sarana prasarana pemeliharaan dan perluasan jaringan koneksitas website, dan SDM pengolah cetak maupun elektronik.
3. Kerjasama informasi dan media massa yang dilakukan melalui penyediaan bahan/informasi, dalam bingkai dialog interaktif formal maupun informal.
4. Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa melalui kegiatan rapat koordinasi dan Bakohumas (tatap muka dan sosialisasi) serta optimalisasi siaran terpadu di RSPD.
5. Pengembangan komunikasi, Informasi dan Media Massa dengan memfasilitasi kegiatan komunikasi antar instansi maupun antar instansi dengan masyarakat.
6. Peningkatan kualitas pelayanan informasi, melalui kegiatan pembekalan, sosialisasi dan pelatihan /diklat pengelola kearsipan.
7. Belanja Daerah dan Pelayan Administrasi Perkantoran melalui Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja barang dan jasa dan Belanja Modal.

Tahapan yang terpenting untuk mewujudkan Visi dan Misi dalam sebuah organisasi adalan menetapkan cara mencapai tujuan dan sasaran dengan menentukan program kegiatan sebagai perwujudan dari kebijakan operasional.
Kebijakan pada dasarnya adalah merupakan ketentuan – ketentuan yang dapat djadikan pedoman/pegangan bagi setiap usaha atau kegiatan untuk mencapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Kebijakan yang ditetapkan oleh Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas Kota Sukabumi sesuai dengan kewenangan yang ada adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan luas cakupan dan liputan data dan informasi yang bermartabat dan berbudaya;
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai analis;
3. Meningkatkan kualitas hubungan kemitraan sinergis yang serasi, selaras, dan seimbang (harmonis) antar pemerintah;
4. Menghasilkan persepsi yang sama dan berkualitas antah pemerintah dan insan pers serta lembaga masyarakat pengguna informasi, terutama dalam menterjemahkan kebebasan pers yang professional dan ber-Etika jurnalistik;
5. Meningkatkan intensitas interaksi komunikasi antar pemerintah dan masyarakat dalam mengelola opini publik;
6. Menghasilkan kualitas sarana prasarana penyimpanan arsip dan SDM/pengelola kearsipan;
7. Menghasilkan daya dukung dan daya ungkit yang optimal dan berbasis kinerja terhadap pencapaian Visi dan Misi Kantor PDE, Arsip Daerah dan Humas;
8. Jumpa pers merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Sukabumi, unsur pimpinan daerah dengan wartawan media cetak maupun elektronik yang meliputi berita di wilayah Kota Sukabumi.

Sedangkan tujuannya adalah untuk menjelaskan berbagai hal pada para wartawan secara langsung tentang issu yang sedang berkembang.
Dampak kegiatan jumpa pers tersebut adalah termuatnya pemberitaan yang akurat sesuai dengan penjelasan dan informasi dari para narasumber yang terpercaya, sehingga peningkatan kesan citra baik tentang Pemerintah Kota Sukabumi;

i. Pemberdayaan Organisasi Kewartawanan dan Kehumasan. Kegiatan pemberdayaan organisasi kewartawanan dan kehumasan ini merupakan kegiatan memberikan bantuan atau insentif kepada wartawan media cetak maupun elektonik peliput berita diwilayah Kota Sukabumi.

Tujuan diberikannya bantuan incidental pada wartawan tersebut adalah untuk memberdayakan insan pers, sehingga dalam pembuatan berita-berita tentang agenda Pemerintah Kota Sukabumi terarah dan terpublikasi dengan baik. Kegiatan peliputan dinamika pembangunan desa ini adalah untuk mengangkat potensi desa yang selama ini oleh pers kurang diperhatikan.

j. Operasional Kehumasan.

Penerbitan Berita Kota, mempunyai tujuan agar masyarakat dapat menerima berbagai kebijakan serta agenda maupun kegiatan-kegiatan Pemerintah Kota Sukabumi, sehingga bisa meningkatkan pengetahuan dan berpartisipasi dalam pembangunan yang pada akhirnya masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Penerbitan Berita Kota sifatnya terbuka untuk masyarakat, sehingga masyarakat dapat memberikan masukan,kritik, dan juga sebagai wahana penyalur aspirasi masyarakat dan juga pada pihak lain termasuk Pemerintah, Tokoh Masyarakat hingga tingkat RW/RT.

k. Kajian /Analisa Berita Media Massa.

Kajian / Analisa berita media massa oleh Seksi Humas tersebut dilaksanakan setiap hari dengan menganalisa berbagai isi berita media massa baik media massa cetak maupun media massa elektronik. Tujuannya agar secara dini mengetahui perkembangan dinamika permasalahan maupun pembangunan yang diberitakan oleh media massa. Sedangkan kegiatan tersebut juga diperuntukan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi para pimpinan untuk mengambil langkah-langkah yang akan ditempuh.

l. Publikasi Siaran Televisi melalui Siaran TV local (AT-V) merupakan kegiatan Pemerintah Kota Sukabumi, yang merupakan publikasi berbagai kebijakan, keputusan, kegiatan maupun agenda penting yang harus dimengerti oleh masyarakat.

Acara siaran Langsung televisi tersebut dikemas dan disiarkan secara langsung maupun secara tunda melalui A-TV denagn mengetengahkan berbagai Thema yang merupakan permasalahan masyarakat yang harus segera diketahui oleh masyarakat.

Analisis sebuah puisi konkret

PUISI KONKRET
Laporan

diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
kajian puisi Indonesia Dosen Rudi Adi Nugroho, M.Pd.

Oleh Winni Siti Alawiah (0906903)
Dik. C 2009










JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
Puisi Konkret Karya Hasan Aspahani
Siapa Meningkap Disana?

dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding
dinding dinding
dinding dinding
dinding dinding
dinding dinding
dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
dinding dinding dinding
@ hasan aspahani

Puisi di atas merupakan puisi konkret, pengertian puisi konkret sendiri adalah pandangan bahasa dan tuntutan pada perubahan bahasa yang mencolok, atas fasisme dan kemasyarakatan yang baru, yang kerusakananya disebabkan Perang Dunia II. Simanowski, "puisi konkret berususan dengan hubungan antara bentuk yang tampak dan substansi intelektual dari kata-kata. Dia tampak .. karena ia menambah gestur optis dari kata kepada makna semantiknya."
Ungkapan yang gamblang dalam lirik eksperimental, menimbulkan banyak kejelasan dalam pengucapananya.
Pada puisi karya Hasan Aspahani tersebut yang berjudul “Siapa Meningkap Disana?”, hanya terdiri dari satu kata ‘dinding’ yang disusun atau di bentuk menyerupai sebuah dinding persegi panjang yang memilki jendela di tengah-tengannya. Dari judul puisi yaitu “Siapa Meningkap Disana?” merupakan sebuah pertanyaan singkat yang ingin ditanyakan pada pembaca yang kemudian diberikan jawabananya pada isi puisi yang terdiri dari satu kata dinding yang berbentuk persegi panjang dengan jendela di tengahnya.
Kata ‘dinding’ memilki arti penutup sisi samping (penyekat) ruang, rumah, atau bilik secara leksikal. Sedangkan kata meningkap berarti melihat dari tingkap, tingkap sendiri jendela di dinding. Ada kemungkinan penulis ingin mencoba daya imajinasi kita dengan memancingnya melalui judul yang berupa pertanyaan yang kemudian jawabannya diberikan pada isi puisi.
Tipografi dari puisi di atas memiliki kontribunsi terhadap pemaknaannya. Makna dari puisi ‘Siapa yang Meningkap Disana?’ merupakan pertanyaan yang bisa dijawab dengan melihat dan mengamati sesuatu atau seseorang yang sedang meningkap dari jendela, tentu saja dengan imajinasi pembaca masing-masing.






















DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anggraeni, Ayudya Dwi. 2010. Analisis Makna Sintaksis Dalam Puisi Konkret Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. UM: Fakultas Sastra Jerman.
http:///:/sejutapuisi.html [di unduh pada tanggal 03 November 2010]

Rabu, 10 November 2010

Artikel My Father ^^

Kamis, 20 Mei 2010
KANTOR PDE, ARDA DAN HUMAS SIKAPI UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002, TENTANG PENYIARAN
Reporter : DENDAYASA


Sukabumi, Ketua KPID propinsi jawa Barat, Dadang Kurnia, MM . Semua RSPD pada umumnya belum memiliki ijin Freqwensi dan di jawa barat terdapat satu daerah yang sedang beranjak melakukan proses kepemilikin ijin Freqwensi tersebut yaitu RSPD Kabupaten kuningan yang telah membentuk Lembaga Penyiaran public local yang dibangun melalui Perda dan Perbub. Menyikapi kondisi demikian , baru-baru ini 18/5), Kepala Kantor PDE, Arda , H, Oscar Lesnussa, SH MM, bersama Kasie Humas RSPD, Dendayasa SIP dan Kasub bagi TU. Kadarisman serta rombongan melakukan study banding ke kabupaten kuningan. guna memperoleh bahan masukan bermakna bagi kepentingan persiapan pembentukan Lembaga Penyiaran Publik Lokal di kota sukabumi. Menurut Ka Diskominfo Kabupaten Kuningan, Asep, MM, fihaknya telah membuat Perda dan Perbub tentang Lembaga Penyiaran Publik local, namun hinggga saat ini belum memperoleh ijin Freqwensi dari fihak Komisi Penyiaran Indonesia ( KPI ), karena masih dihadapkan kepada satu dan lain hal, namun ungkapnya sedang berpaya keras guna mendapatkan ijin tersebut. Dari hasil pantauan di lapangan dan keterangan Kadiskominfo Kab Kuningan, Asep, MM secara teknis RSPD Kabupaten kuningan jangkauan siarannya masih jauh dibawah RSPD Kota Sukabumi, dan hingga saat ini belum dibangun voice Streaming. Dikemukakan Kepala Kantor PDE Arda Humas , H. Oscar Lesnussa , RSPD sebagai radio perintis berdiri sejak tahun 1960 muncul ide dari putra terbaik kota sukabumi, Ir.Wiyono Karya Wigena sebagai pegawai Barata . Beliau menguras segala kemampuannya melalui ketajaman pemikirannya berhasil membangun sebuah studio, kendati pada masa itu dihadapkan kepada keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia , namun berkat cita-cita luhurnya didorong kemauan keras hingga terbangun sebuah studio yang diberi nama Radio Eksperimental dengan rancangan cukup sederhana mesin karya rakitannya mampu menghasilkan jangkauan siaran yang cukup menggembirakan melampaui batas kota dan kabupaten sukabumi, malahan mampu diterima di wilayah kota –kabupaten bandung dan sekitarnya. Kehadiran radio eksperimental ungkapnya benar-benar memberikan andil bagi pemerintah dan warga masyarakat sukabumi dibawah pimpinan Tatang Supriyadi , dengan ditunjang penyiar kondang pada masa itu, Djatnika Djakadjanggala, alm Kosasih Kartadireja, Hamami AR, Drs. Fredi Kastammarta, Ras Barkah, S. Apandi, dan NM. Amer. Radio Eksperimental mengalami masa keemasannya, kejayaannya semua warga terfokus setiap saat eksis menyimak siaran Radio Eksperimental, terutama program penyiaran pemberitaan yang disampaikan pagi, siang dan petang melalui bahasa Indonesia dan bahasa daerah ( sunda ). Hasil-hasil pembangunan yang telah, sedang dan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah daerah mudah diserap sekaligus mengundang partisipasi aktif warga masyarakat dalam pembangunan, baik dari sisi fisik maupun mental spiritual. Sehingga kehadiran Radio Eksperimental cukup dibanggakan karena mampu memberikan yang terbaik bagi kepentingan mutu pelayanan informasi kepada masyarakat. Bagi kepentingan kesinambungan penyiaran penyebaran informasi pembangunan Radio Eksperimental menjadi bagian integral Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi dan secara struktural dibawah Bagian Humas setelah 8 tahun berdiri berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat Nomor 201/Humas/SJ/1968 Dikukuhkan menjadi Radio Daerah Sukabumi. Dan pada tanggal 11 September 1969 diresmikan oleh Walikota Sukabumi Saleh Wiradikarta, SH, bahwa untuk mengelola aktivitas RSPD dilaksanakan oleh tenaga sukarela dengan SK Pengangkatan sebagai honorer Pemda. Perda Nomor 3 tahun 1992 RSPD dimasukan dalam pengelolaan Humas Setda Kota Sukabumi. Perda Nomor 18 tahun 2000 RSPD dikelola oleh Seksi Promosi dan RSPD di kantor Infokom dengan disempurnakan dengan berdasarkan Perda Nomor 20 tahun 2001. Perda Nomor 8 tahun 2003 malah diciutkan dalam seksi Humas, secara rinci diatur didalam SK Walikota Sukabumi Nomor 44 tahun 2004. Seiring dengan perkembangan yang ada , kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, di kota sukabumi banyak bermunculan berdiri Studio radio milik swasta yang dibangun secara profesional dan proporsional dengan menggunakan peralatan yang sengaja didatangkan dari luar negeri. ( built-up ) sementara RSPD masih mengggunakan perangkat lama sebuah mesin hasil rakitan sehingga kwalitas dan jangkauan siarannyapun jauh ketinggalan oleh fihak radio swasta, karena pada masa itu masih dihadapkan kepada keterbatasan kwalitas SDM –nya. Kepemilikan perangkat canggih baru terealisasikan setelah Sturada berumah nama menjadi RSPD dan resminya memiliki mesin built up awal tahun 2005, sengaja didatangkan dari Italy , karena tahun tahun sebelumnya hanya memiliki sebuah mesin hasil rakitan , produk warga pribumi yang memiliki kekuatan dan jangkauan siaran terbatas. Penataan Peningkatan penyiaran RSPD secara gradual terus dilakukan, sebagai langkah optimalisasi pelayanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat, baik dari sisi infra struktur maupun sufra struktur berangsur dibenahi, hingga jangkauan siarannya melampaui batas dunia dan benua ( Voice streaming ), hanya sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2002, tentang penyiaran, RSPD belum dapat memenuhi aturan tersebut seperti RSPD-RSPD lainnya yang berada di wilayah propinsi jawa barat. ( Dendayasa )

sejarah kotaku SUKABUMI

Sukabumi
Sejarah kota Sukabumi

Maret 12, 2009 @ 9:36 am · Filed under Sukabumi

Soekaboemi

Bagaimana sejarah Kota Sukabumi? ini petikannya :

Historiografi Singkat Soekaboemi

Nama Soekaboemi sebenarnya telah ada sebelum hari jadi Kota Sukabumi yaitu 13 Januari 1815. Kota yang saat ini berluas 48,15 km2 ini asalnya terdiri dari beberapa kampung bernama Cikole dan Paroeng Seah, hingga seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Soekaboemi. Perlu diketahu Andris de Wilde ini juga adalah seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yg bermukim di Bandoeng, dimana eks rumah tinggal dan gudang kopinya sekarang dijadikan Kantor Pemkot Bandung.

Awalnya ia mengirim surat kepada kawannnya Pieter Englhard mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengganti nama Cikole (berdasar nama sungai yg membelah kota Sukabumi) dengan nama Soekaboemi 13 Januari 1815. Dan sejak itulah Cikole resmi menjadi Soekaboemi. Kata Soekaboemi berasal dari bahasa Sunda soeka-boemen yang bermakna udara sejuk dan nyaman, dan mereka yang datang tidak ingin pindah lagi karena suka dengan kondisi alamnya. Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut.

Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC, Van Rie Beek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan lebih luas tanaman kopi disekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi. Dan inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta-api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur.

Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor. Pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol. Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri dibbagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa.

Pada 1 April 1914, Sukabumi diangkat statusnya menjadi Gemeente. Alasannya, di kota ini banyak berdiam orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan (Preanger Planters) di daerah Selatan dan harus mendapatkan kepengurusan dan pelayanan yang istimewa. Pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol. Itulah mengapa tanggal 1 April dijadikan ulang tahun Kota Sukabumi. Kemudian 1 Mei 1926 pemerintahan kota dibentuk dan diangkat Mr. GF. Rambonet sebagai burgemeester (wali kota) pertama di Sukabumi.

Rabu, 03 November 2010

artikel tentang kajian cerpen Kompas "Kisah Siti Nurjanah" 2009

Refresentasi Sebagian Kecil Kekejaman Rezim Pada Bulan Oktober 1965
Dalam Cerpen ‘KISAH SITI NURJANAH’ Karya K Usman
Melalui Pendekatan Sosiologi Sastra

1. merinding juga jadinya…
mengingat begitu berkuasanya militer di masa lampau…
Mountnebo
12 Januari 2010 pada 13:06
Balas
2. masa lalu oh masa lalu..
bersyukur juga sekarang zaman sudah berubah.
Saya jadi ingat cerita2 dosen saya tentang perilaku tentara waktu jaman orde baru.
Istiko
17 Januari 2010 pada 07:51
Dua buah komentar atau tanggapan pembaca yang dimuat secara online tersebut setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran mengenai isi cerita dari cerpen ‘Kisah Siti Nurjanah’. Cerpen karya K Usman yang diterbitkan pada tahun 2009 di koran Kompas ini merupakan salah satu cerpen yang mengusung tema sosial politik yang dikerucutkan pada bulan Oktober tahun 1965. Mulai dari penokohan dan latar tempat yang disajikan menggambarkan kehidupan yang begitu kejam yang dialami seorang jurnalisdi masa pemerintahan rezim orde baru.
Dalam menganalisis cerpen ini untuk mengungkap isi, makna, dan tujuan penulis yang tersirat, maka lebih tepat dianalisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang tentu saja menitik beratkan pada konteks sosial cerpen dan konteks sosial pengarang yang tentu saja memberikan kontribusi terhadap cerpen ‘Kisah Siti Nurjanah’.
Sosiologi sastra sebagai suatu jenis pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan asumsi dan implikasi epistemologis yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki keterkaitan resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat tersebut (Soemanto, 1993; Levin, 1973:56). Sebagai suatu bidang teori, maka sosiologi sastra dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan keilmuan dalam menangani objek sasarannya.
Istilah "sosiologi sastra" dalam ilmu sastra dimaksudkan untuk menyebut para kritikus dan ahli sejarah sastra yang terutama memperhatikan hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dan ideologinya, kondisi ekonomi dalam profesinya, dan model pembaca yang ditujunya. Mereka memandang bahwa karya sastra (baik aspek isi maupun bentuknya) secara mudak terkondisi oleh lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu (Abrams, 1981:178).
Sekalipun teori sosiologis sastra sudah diketengahkan orang sejak sebelum Masehi, dalam disiplin ilmu sastra, teori sosiologi sastra merupakan suatu bidang ilmu yang tergolong masih cukup muda (Damono, 1977:3) berkaitan dengan kemantapan dan kemapanan teori ini dalam mengembangkan alat-alat analisis sastra yang relatif masih lahil dibandingkan dengan teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra.
Pendekatan sosiologi sastra di latar belakang historis dua gejala, yaitu masyarakat dan sastra: karya sastra ada dalam masyarakat, dengan kata lain, tidak ada karya sastra tanpa masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Welek dan Weren (1993: 111) berikut.
”Sosiologi sastra bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Sosiologi sastra diklasifikasikan menjadi tiga bagian: 1) sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra; 2) sosiologi karya sastra yang mengetengahkan permasalahan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok permasalahannya adalah apa yang tersifat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya; dan 3) sosiologi yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra”.
Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh Ian Watt. Telaah suatu karya sastra menurut Ian Watt akan mencakup tiga hal, yakni konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Hal ini dijelaskan Damono sebagai berikut:
”Ian Watt menjelaskan hubungan timbal balik sastrawan, sastra dan masyarakat sebagai berikut: 1) Konteks sosial pengarang yang berhubungan antara posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dengan masyarakat pembaca. Termasuk faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan selain mempengaruhi karya sastra. 2) Sastra sebagai cermin masyarakat, yang dapat dipahami untuk mengetahui sampai sejauh mana karya sastra dapat mencerminkan keadan masyarakat ketika karya sastra itu ditulis, sejauh mana gambaran pribadi pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat atau fakta sosial yang ingin disampaikan, dan sejauh mana karya sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili masyarakat. 3) Fungsi sosial sastra, untuk mengetahui sampai berapa jauh karya sastra berfungsi sebagai perombak, sejauh mana karya sastra berhasil sebagai penghibur dan sejauh mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial” (Damono, 2004:3).

Junus (1985: 84-86) mengemukakan, bahwa yang menjadi pembicaraan dalam telaah sosiologi sastra adalah karya sastra dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Ia juga menyangkut penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra. Termasuk pula penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap sebuah karya sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya. Sosiologi sastra berkaitan juga dengan pengaruh sosial budaya terhadap penciptaan karya sastra, misalnya pendekatan Taine yang berhubungan dengan bangsa, dan pendekatan Marxis yang berhubungan dengan pertentangan kelas. Tak boleh diabaikan juga dalam kaitan ini pendekatan strukturalisme genetik dari Goldman dan pendekatan Devignaud yang melihat mekanisme universal dari seni, termasuk sastra.
Sastra bisa dilihat sebagai dokumen sosial budaya yang mencatat kenyataan sosio-budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Bagaimanapun karya sastra itu mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya.
Dengan demikian, sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.
Berdasarkan uraian di atas, analisis cerpen ”Kisah Siti Nurjanah” dengan menggunakan teori sosiologi sastra akan dilakukan dengan mendeskripsikan konteks sosial teks cerpen tersebut, meninjauan kepengarangan seorang ”K Usman”, dan mendeskripsikan nilai sosial atau fungsi sosial cerpen itu di masyarakat dalam memandang kehidupan sosial politik di tahun 1965 yang tentu saja memilki nilai sejarah yang cukup penting.
Dalam cerpen ini diceritakan tentang penggalan hidup seorang Sobar yang berprofesi sebagai jurnnalis di masa orde baru tahun 1965. Cerita di awali dengan keluarnya Sobar dari RTM (rumah tahanan) yang disebut juga Asrama Tunatertib Militera atau Astuntermil, yang meninggalkan bukan hanya luka fisik tetapi luka batin yang membuatnya terlihat lebih tua dari usianya.
Setelah bebas dari tahanan itu Sobar pergi ke tempat tinggal kawan seperjuangannya semasa menjadi reporter muda di Jakarta. Ia ceritakan berbagai yang dialamainya di RTM hingga cerita tentang seorang yang tidak kasatmata bernama Siti Nurjanah. Meskipun kawannya tidak begitu percaya tahayul, ia tetap menceritakan tentang Siti Nurjanah mulai awal pertemuan, mata indahnya sama persis dengan milki istrinya.
Setiap mengingat mata indah Siti Nurjanah, Sobar selalu terbayang sosok istrinya Farida. Nasib Farida lebih mengenaskan daripada nasibnya sebagai seorang tahanan tanpa proses hukum. Farida putri pemilik toko obat yang kaya yang ia nikahi dengan modal nekad ketika masih menjadi wartawan muda yang masih kere. Setahun setelah Sobar ditahan di RTM, nasib buruk menghampiri Farida. Integrator berpangkat letnan dari oknum AD yang menjebloskan Sobar ke RTM tergila-gila kepada Farida.Integrator itu memaksa Farida untuk bercinta denganya dengan ancaman suaminya akan dikirim ke pulau Buru jika ia tidak mau. Meskipun awalnya Farida bisa menghindar dari keinginan busuk sang integrator dengan alasan baru datang bulan, namun ketika Farida akan menengok Sobar sang integrator kembali memaksanya. Belum puas dengan semua itu, sang integrator memaksa Farida menjadi istri gelapnya.
Seminngu setelah kejadian yang memilukan itu, Farida mengirim surat kepada Sobar. Dia mengaku berdosa karena tak suci lagi. Perempuan polos, jujur, dan lugu itu minta diceraikan. Hal itu terjadi setelah dibujuk, dirayu, dan diteror oleh sang integrator. Tiga bulan setelah kejadian itu, Farida sakit ingatan. Dia dikembalikan kepada orangtuanya. Ayahnya segera mengirim anak perempuan semata wayangnya itu ke rumah sakit jiwa.
Sebelum tidur Sobar kembali menceritakan mahluk yang tidak kasatmata itu. Ketika awal pertemuannya dengan Siti Nurjanah yang berlumuran darah. Sobar menanyakan kenapa tubuh Siti Nurjanah berlumuran darah. Lalu Siti Nurjanah menceritakan tentang dirinya. Ayah Siti Nurjanah adalah pemilik bengkel mobil yang sedang maju pesat saat itu. Saingannya adalah mertua seorang oknum perwira tinggi AD. Pesaing itu melaporkan kepada aparat keamanan bahwa Haji Zoim adalah anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), Cepat aparat keamanan berpakaian sipil dan para pemuda mengepung rumah Haji Zoim. Siti Nurjananh berteriak-teriak, minta tolong kepada tetangga. Dia mengatakan para perampok menyantroni rumahnya.
Merasa yakin difitnah, Haji Zoim, manatan guru silat itu melawan. Dia melindungi anak perempuan tunggalnya. Para aparat keamanan tidak menyangka akan mendapat perlawanan. Mereka terdeak, lalu melepaskan tembakan membabi buta kea rah Haji Zoim. Siti Nurjanah memeluk ayahnya yang mandi darah sambil menyumpahi para aparat keamanan dan para pemuda yang menyerbu rumahnya. Siti Nurjanah pun diberondong dengan senjata otomatis. Seisi rumah itu mati dibantai. Rumah pun di bakar samapi jadi arang.
Sobar terkejut mendengar kisah Siti Nurjanah, namun tidak jauh berbeda dengan nasib buruknya. Sobar pun menceritakan tentang dirinya yang memberitakan di media massa ibu kota tentang artikelnya yang berjudul “Rayap-rayap Hijau di Perusahaan Negara”. Artikel itu memberitakan tentang seorang oknum jendral AD yang diangkat jadi direktur utama di perusahaan milik negara. Oknum jendral AD itu mendepositokan uang perusahaan negara atas nama pribadinya. Oknum colonel AD, oknum mayor AD, dan oknum kapten AD, para anak buah sang jendral itu ikut juga mendeepositokan uang mlki perusahaan negara atas nama pribadinya di bank BNI.
Karena hal itulah Sobar di tangkap dan tahan di RTM tanpa proses hukum. Anehnya ketika baru dua hari penangkapannya, Koran-koran yang terbit esok harinya memberitakan, seorang wartawan berinisial ‘S’ ditahan karena ia adalah anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang berafiliasi kepada partai komunis (PKI).
Konteks Sosial Cerpen
Kisah Siti Nurjanah bukan hanya sekedar riwayat singkat seorang Siti Nurjanah, namun lebih pada representasi dari kehidupan sosial yang lebih jauh pada tahun 1965. Banyak hal yang menjadi gambaran kehidupan sosial khususnya bagi seorang wartawan atau jurnalis di zaman orde baru.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa awal Oktober 1965 setelah terjadinya tregedi berdarah yang kemudian dilanjutkan dengan pengangkatan Soeharto sebagai presiden sekaligus membuka gerbang pemerintahan orde baru yang otoriter. Salah satu larangan pada saat itu adalah pemberitaan di media yang menyinggung pemerintahan sangat dibatasi dan diawasi. Hal ini juga dimunculkan oleh K Usman pada cerpen “Kisah Siti Nurjanah” ini diantaranya terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Saat masak di dapur, aku teringat perilaku Sobar semasa kami masih menjadi reporter muda di Jakarta, dulu. Dia adalah wartawan yang cerdas, jujur dan berani. Tulisannya kritis, dan akurat. Dia berani mengkritik oknum polisi lalu lintas yang minta uang kepada sopir-sopir truk, yang dituduh salah jalan. Ketika itu, usianya masih belasan tahun. Tentu saja dia harus berurusan dengan polisi. Beritanya itu dinilai suatu penghinaan kepada aparat penegak hukum”. (K Usman, 2009: paragraf 6)
Konteks sosial yang paling menonjol dalam “Kisah Siti Nurjanah” ini yaitu banyak mengulang nama lembaga yang menjadi petunjuk atau cirri khas tahun 1965, seperti Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), Partai Komunis Indonesia (PKI). Selain salah satu setting tempat yang berkaitan dengan kehidupan sosial pada tahun 1965 hingga sekarang terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Sobar hampir menyudahi sepenggal kisah hidupnya. Tetapi, lanjutnya, bila Bung Bagus melintas di Jalan Budi Utamo Jakarta sekarang ini, bangunan gedung RTM—yang disebut juga Asrama Tunatertib Militer (Astuntermil), itu sudah tidak tampak lagi jejak garangnya. Bangunan tua, tempat penyiksaan tapol, yang tak jauh dari SMA Negeri I Jakarta, itu telah rata dengan tanah. Kini, di tempat bangunan itu hanya tampak tanah kosong. Entah apa maksud penguasa menghancurkan rumah tahanan politik bersejarah di Jakarta Pusat itu? Lalu, ke mana Siti Nurjannah pindah?”. (K Usman, 2009: paragraf 20)
Adapun salah satu akar permasalahan yang di angkat oleh pengarang diantaranya tentang korunsi besar-besaran yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintahan di masa rezim orde baru. Permasalahan tersebut terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Sobar terkejut, lalu jawabnya, cerita tentang diriku unik juga. Aku seorang jurnalis, kata Sobar. Aku memberitakan di media massa ibu kota ihwal seorang oknum jenderal AD yang diangkat jadi direktur utama di perusahaan milik negara. Oknum jenderal AD itu mendepositokan uang perusahaan negara atas nama pribadinya. Oknum kolonel AD, oknum mayor AD, oknum kapten AD, dan oknum letnan AD, para anak buah sang jenderal itu ikut juga mendepositokan uang milik perusahaan itu atas nama pribadi di bank BNI. Artikelku itu berjudul ’Rayap-rayap Hijau di Perusahaan Negara’, tutur Sobar. Kemudian, aku dipaksa minta maaf, lalu diperiksa oleh oknum mayor AD. Selanjutnya, aku dikirim ke kantor polisi militer.” (K Usman, 2009: paragraf 17)
Kehidupan sosial pada cerpen ini yang menunjukkan tragedi yang pernah terjadi di tahun 1965 di munculkan pengarang pada bagian tengah cerita dalam kisah hidup yang menimpa Siti Nurjanah. Kekejaman rezim pemerintahan yang begitu mudah menggunakan senjatanya untuk menghakimi seseorang tanpa melalui proses hukum yang sah. Hal tersebut terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Ayah Siti Nurjannah adalah pemilik bengkel mobil yang sedang maju pesat. Saingannya adalah mertua seorang oknum perwira tinggi AD. Pesaing itu melaporkan kepada aparat keamanan bahwa Haji Zoim, penggemar wayang kulit adalah anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Cepat aparat keamanan berpakaian sipil dan para pemuda mengepung rumah Haji Zoim. Siti Nurjannah berteriak-teriak, minta tolong kepada tetangga. Dia mengatakan, para perampok menyantroni rumahnya”.
“Merasa yakin difitnah, Haji Zoim, mantan guru silat itu, melawan. Dia melindungi anak perawan tunggalnya. Para aparat keamanan tidak menyangka akan mendapat perlawanan. Mereka terdesak, lalu melepaskan tembakan membabi buta ke arah Haji Zoim. Siti Nurjannah memeluk ayahnya yang mandi darah sambil menyumpahi para aparat keamanan dan para pemuda yang menyerbu rumahnya. Siti Nurjannah pun diberondong dengan senjata otomatis. Seisi rumah itu mati dibantai. Rumah pun dibakar sampai jadi arang”. (K Usman, 2009: paragraf 14 dan 15).

Tidak sedikit K Usman mengkaitakan konteks sosial baik itu berkaitan dengan sikap dan perilaku tokoh, tragedi, hingga setting tempat yang berkontribusi banyak dalam mempermudah pemaknaan dalam cerpen ini. Tentu saja, terlepas dari pemaknaan cerita pengarang tidak melupakan aspek sosial lainnya dengan tidak mengubah fakta sosial ke arah yang lebih ekstrim. Dengan kata lain sebuah fakta kemanusiaan dalam ranah sosial politik di zaman orde baru ini dekemas apik dan menarik, terasa hubungannya dengan kehidupan nyata.

Konteks Sosial Pengarang
Hampir setiap karya sastra tidak akan terlepas dari konteks sosial pengarangnya. Meskipun tidak secara utuh sebuah karya merupakan representasi dari konteks sosial pengarangnya. Namun tentu saja semua karya pasti memilki tujuan tersendiri dari pengarangnya.

Seperti halnya pada cerpen “Kisah Siti Nurjanah” karya K Usman ini, jika ditilik lebih dalam ternyata pengalaman hidup pengarang begitu banyak memberikan kontribusi terhadap cerpen tersebut.
Serian, Muara Enim, Palembang, 11 Agustus 1940 Putra sulung dari 11 bersaudara. Haji Abdul Abbas bin Muksin Gindo dan Hajah Rumaning binti Ruwahid. Ayahnya adalah petani yang jadi buruh tambang minyak di Tanjung Lontar dan di Prabumulih, Sumatera Selatan, 1948-1969.
Jebolan Sekolah Pekerjaan Sosial Atas (SPSA) di Lampung, Akademi Sosial Perburuhan (ASP) di Jakarta, dan Perguruan Tinggi Publisistik (PTP) di Jakarta, ini mulai mengarang fiksi sejak 1956 untuk dibagikan kepada teman-teman, dimuat di Mingguan Persatuan dan Mingguan Logat (1956-1962), yang terbit di Prabumulih, Kurnia Usman atau lebih dikenal dengan nama K. Usman (Haji Kurnia Usman) dilahirkan di Dusun Tanjung Sumatera Selatan. Karya-karyanya telah dipublikasikan di 100 lebih media massa (harian, mingguan, tabloid,majalah & radio) serta diterbitkan dalam ratusan buku dengan bentuk Novel, Novelet, Kumpulan Cerpen, Cergam, dll.
Dalam cerpen “Kisah Siti Nurjanah” ini memperlihatkan adanya resiprokal atau timbal balik antara karya sastra dengan ekspresi masyarakat pada kehidupannya. Seperti halnya dalam cerpen ini yang ditulis oleh Kurnia Usman sebagai bentuk konkret terhadap ekspresi tidak langsung dari masyarakat di zaman rezim orde baru tahun 1965. Ekspresi masyarakat tersebut digambarkan lewat sikap kejiawaan teman seperjuangan Sobar yang kabur karena takut ditangkap oleh aparat karena telah membuat berita di media mengenai pemerintah. Ekspresi tersebut dapat terlihat dari kutipan di bawah ini.
“Dia tampak selalu waswas. Siti Nurjannah adalah salah seorang penghuni RTM, tempatku ditahan, Sobar menegaskan. RTM itu hanya untuk tahanan politik pria, kataku. Senyum Sobar sinis, mengejekku—si pengecut—yang lari terbirit-birit meninggalkan Jakarta ke desa kelahiran setelah terjadi tragedi berdarah awal 0ktober 1965, yang menggegerkan dunia”.(K Usman: 2009 paragraf 4)
Kutipan di atas memperlihatkan gambaran sebagian besar para jurnalis di masa rezim orde baru. Dimana adanya pengekangan dan pengawasan yang begitu ketat yang dilakukan aparat pemerintahan untuk memproteksi berita-berita yang akan diterbitkan di media. Berita-berita yang dibuat wartawan pada zaman rezim pemerintahan orde baru haruslah memihak dan memberikan citra yang baik pada pemerintah. Sehingga, ketika ada beberapa wartawan yang kritis dan berani membuat atau menulis berita-berita mengenai sikap atau kekeliruan kebijakan pemerintahan, maka tidak segan-segan para aparat pemerintahan di tugaskan untuk menghakimi wartawan tersebut. Bahkan tidak jarang para aparat yang melakukan perbuatan tercela terhadap anggota keluarga wartawan (dalam hal ini dianggap sebagai tersangka) lainnya, seperti istrinya.
Pengarang mengangkat hal di atas dalam cerpen, yaitu perilaku bejad aparat terhadap istri Sobar dalam cerpen. Perilaku tersebut dapat dilihat dalam petikan di bawah ini.
“Setahun, setelah Sobar ditahan di RTM, sang interogator berpangkat letnan dari oknum AD tergila-gila kepada Farida. Pemilik mata yang memesona luar biasa memikat. Kata interogator, Sobar segera dikirim ke Pulau Buru jika Farida tak mau bercinta dengannya. Farida yang cinta sejati kepada Sobar seperti akan gila. Terjadi peperangan dahsyat di dalam dirinya. Namun, iming-iming sang interogator itu untuk sementara dapat dihindarinya dengan mengatakan, saya baru saja datang bulan”.
“Ketika sang interogator melarang Farida menengok suaminya, perempuan muda itu syok. Farida diancam, jika menolak keinginan sang interogator, Sobar dibuang ke Pulau Buru hari Minggu depan! Farida terpaksa takluk. Tetapi, sang interogator belum puas. Dia memaksa Farida menjadi istri gelapnya”.
“Seminggu setelah kejadian yang memilukan itu, Farida mengirim surat kepada Sobar. Dia mengaku berdosa karena tak suci lagi. Perempuan polos, jujur, dan lugu itu minta diceraikan. Hal itu terjadi setelah dibujuk, dirayu, dan diteror oleh sang interogator. Tiga bulan setelah kejadian itu, Farida sakit ingatan. Dia dikembalikan sang interogator kepada orangtuanya. Ayahnya segera mengirim anak perempuan semata wayangnya itu ke rumah sakit jiwa”.( K Usman 2009: paragraf 7 dan 8)

Dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra pada analisis cerpen karya Kurnia Usman yang berjudul “Kisah Siti Nurjanah” ini dapat memperjelas atau membuka pengetahuan pembaca mengenai gambaran kehidupan sosial masyarakat di zaman rezim orde baru.




















DAFTAR PUSTAKA

Prof. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Usman, Kurnia. 2009. Kisah Siti Nurjanah. Bandung: Kompas.
K Usman. 2009.Biografi [Online]. Tersedia: www.wikipedia.com. [10 Oktober 2010].
Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar .
http://sebuahcatatansastra.blogspot.com/2009/02/sosiologi-sastra.html [11 Oktober 2010]
http://www.gudangmateri.com/2010/06/sosiologi-sastra-dan-perkembangannya.html [11 Oktober 2010]
http://D:\TUGAs\tugas sem 2 2010\Bahan kajian drama\SOSIOLOGI-SASTRA 2.html [11 Oktober 2010]

Selasa, 19 Oktober 2010

untuk si lusuh di persimpangan jalan

Si Lusuh



Persimpangan dekat pabrik
Tempatnya menaruh segala keluh kesah
dalam hidup
Bertelanjang kaki
Menyusuri lahan penghidupanya
Keringat jadi teman setia
Terik mentaripun tak dapat mengusik
Matanya yang selalu berjaga
Pada setiap mobil yang melintas
Dia……………!!!
Dia, bocah yang hidup dari kepedihan Si Lusuh julukanya










Winni Siti Alawiah

Jumat, 15 Oktober 2010

ayo berpidato....hehe

Pidato
Nama : Winni Siti Alawiah
NIM : 0906903
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sambutan Ketua Panitia Pada Peringatan Satu Muharram (Tahun Baru Islam)

Hadirin dan hadirat yang kami muliakan
Para remaja yang kami cintai,

Assalamualaikum Wr.Wb.
Marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, atas nikmat yang diberikan kepada kita semuanya, sehingga pada malam ini kita masih diberi usia panjang dalam kebaikan, diberi kenikmatan dalam menjalankan ibadah. Khususnya dalam rangka memperingati tahun baru Islam satu Muharram.
Pada kesempatan yang berbahagia ini pula sepantasnyalah kita juga merenungkan kehidupan satu tahun yang lalu, yang sudah tentu tidak terlepas dari pasang surut, dari berhasil dan gagal, dari senang dan sedih, dari suka dan duka. Tujuan dari merenung itu tak lain untuk memberikan motivasi kepada kita di masa-masa mendatang, agar kita sebagai umat Islam sebagai umat Nabi Muhammad senantiasa terhindar dari siksa dan neraka. Terhindar dari kesulitan dunia dan akhirat.
Tepat malam ini sebagai tonggak tahun baru Islam tentunya kita harus tahu bahwa makin bertambah tahun usia kita, hendaknya makin bertambah rasa cinta, iman dan takwa kita kepada Allah SWT.
Untuk tujuan itu pula, tepat jika malam berbahagia ini kita dengarkan sekapur sirih tentang perlunya memperingati satu Muharram sebagai sikap umat Islam menaati perintah Allah, mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw.
Untuk itu pula, atas nama panitia penyelenggara kami juga menyampaikan terima kasih kepada Ustad Deden Jaenuddin yang dengan setia dan sabar akan memberikan ceramah malam ini, semmoga ceramah yang akan disampaikan benar-benar memberi manfaat bagi bertambahnya usia kita. Sehingga benar-benar dapat mengerjakan semua kewajiban kita sebagai Umat Islam. Serta bertambah kuat aqidah kita untuk menjauhi larangan-larangan Allah.
Sekali lagi atas nama panitia kami mengucapkan selamat mengikuti ceramah, selamat mendengarkan dengan baik, semoga dapa dihayati dan diamalkan dengan baik pula. Billahi tafik walhidayah , wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatauh !

smangat!!! hehehe

Artikan "aku cinta kamu" dalam semua bahasa?
Ada banyak neh....(copas)
Afrikaans - Ek het jou lief
Albanian - Te dua
Arabic - Ana behibak (to male)
Arabic - Ana behibek (to female)
Armenian - Yes kez sirumen
Bambara - M'bi fe
Bangla - Aamee tuma ke bhalo baashi
Belarusian - Ya tabe kahayu
Bisaya - Nahigugma ako kanimo
Bulgarian - Obicham te
Cambodian - Bung Srorlagn Oun (to female)
Oun Srorlagn Bung (to male)
Cantonese/Chinese Ngo oiy ney a
Catalan - T'estimo
Cheyenne - Ne mohotatse
Chichewa - Ndimakukonda
Corsican - Ti tengu caru (to male)
Creol - Mi aime jou
Croatian - Volim te
Czech - Miluji te
Danish - Jeg Elsker Dig
Dutch - Ik hou van jou
English - I love you
Esperanto - Mi amas vin
Estonian - Ma armastan sind
Ethiopian - Ewedishalehu : male/female to female
Ewedihalehu: male/female to male.
Faroese - Eg elski teg
Farsi - Doset daram
Filipino - Mahal kita
Finnish - Mina rakastan sinua
French - Je t'aime, Je t'adore
Gaelic - Ta gra agam ort
Georgian - Mikvarhar
German - Ich liebe dich
Greek - S'agapo
Gujarati - Hu tumney prem karu chu
Hiligaynon - Palangga ko ikaw
Hawaiian - Aloha wau ia oi
Hebrew - Ani ohev otah (to female)
Hebrew - Ani ohev et otha (to male)
Hiligaynon - Guina higugma ko ikaw
Hindi - Hum Tumhe Pyar Karte hai
Hmong - Kuv hlub koj
Hopi - Nu' umi unangwa'ta
Hungarian - Szeretlek
Icelandic - Eg elska tig
Ilonggo - Palangga ko ikaw
Indonesian - Saya cinta padamu
Inuit - Negligevapse
Irish - Taim i' ngra leat
Italian - Ti amo
Japanese - Aishiteru
Kannada - Naa ninna preetisuve
Kapampangan - Kaluguran daka
Kiswahili - Nakupenda
Konkani - Tu magel moga cho
Korean - Sarang Heyo
Latin - Te amo
Latvian - Es tevi miilu
Lebanese - Bahibak
Lithuanian - Tave myliu
Macedonian Te Sakam
Malay - Saya cintakan mu / Aku cinta padamu
Malayalam - Njan Ninne Premikunnu
Maltese - Inhobbok
Mandarin Chinese - Wo ai ni
Marathi - Me tula prem karto
Mohawk - Kanbhik
Moroccan - Ana moajaba bik
Nahuatl - Ni mits neki
Navaho - Ayor anosh'ni
Nepali - Ma Timilai Maya Garchhu
Norwegian - Jeg Elsker Deg
Pandacan - Syota na kita!!
Pangasinan - Inaru Taka
Papiamento - Mi ta stimabo
Persian - Doo-set daaram
Pig Latin - Iay ovlay ouyay
Polish - Kocham Cie
Portuguese - Amo-te
Romanian - Te ubesc
Roman Numerals - 333
Russian - Ya tebya liubliu
Rwanda - Ndagukunda
Scot Gaelic - Tha gra\dh agam ort
Serbian - Volim te
Setswana - Ke a go rata
Sign Language - ,\,,/ (represents position of fingers when signing 'I Love You'
Sindhi - Maa tokhe pyar kendo ahyan
Sioux - Techihhila
Slovak - Lu`bim ta
Slovenian - Ljubim te
Spanish - Te quiero / Te amo
Surinam- Mi lobi joe
Swahili - Ninapenda wewe
Swedish - Jag alskar dig
Swiss-German - Ig liebe di
Tajik Man turo Dust Doram
Tagalog - Mahal kita
Taiwanese - Wa ga ei li
Tahitian - Ua Here Vau Ia Oe
Tamil - Naan unnai kathalikiraen
Telugu - Nenu ninnu premistunnanu
Thai - Chan rak khun (to male)
Thai - Phom rak khun (to female)
Turkish - Seni Seviyorum
Ukrainian - Ya tebe kahayu
Urdu - mai aap say pyaar karta hoo
Vietnamese - Anh ye^u em (to female)
Vietnamese - Em ye^u anh (to male)
Welsh - 'Rwy'n dy garu
Yiddish - Ikh hob dikh
Yoruba - Mo ni fe
Zimbabwe - Ndinokuda

semoga bermanfaat kawan2.....

Mau Kirim Tulisan Ke Media Remaja?

Majalah Aneka Yess
-Cerpen maksimal 7 hlm folio spasi ganda
-Sertakan pernyataan cerpen orisinil dan belum pernah dipublikasikan
-Kirim ke alamat: Jl Salemba Tengah No 58 Jakarta Pusat 10440 atau email: aneka@indosat.net.id
Majalah Kawanku
-Cerpen dengan jumlah karakter 9100 termasuk spasi
-Ketik spasi double
-Kirim ke alamat email: kawanku-mag@gramedia-majalah.com, cerpenkawanku@gmail.com
-Cantumkan identitas lengkap, alamat, dan nomor rekening
Majalah Gadis
-Tulisan untuk rubrik Obrolan, Kuis, Cinta dengan panjang 3-4 halaman folio spasi ganda
-Tulisan untuk rubrik Percikan (cerpen mini) dengan panjang 2 halaman folio spasi ganda
-Tulisan untuk rubrik cerpen dengan panjang 6-7 halaman folio spasi ganda
-Kirim ke alamat Redaksi Majalah Gadis: Jl HR Rasuna Said Blok B Kav 32-33 Jakarta 12910, email: info@gadis-online.com
-Tulis identitas lengkap dan nomor rekening
-Cantumkan nama rubrik di kiri atas amplop
Majalah Hai
-Cerpen maksimal 7 hlm folio spasi ganda
-Kirim ke alamat: Gedung Gramedia Majalah Unit I Lt.1, Jl Panjang No 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530
-Alamat email: hai_magazine@gramedia-majalah.com
Majalah Annida
-Cerpen dalam rubrik Kias dan Epik panjang 6-10 halaman folio
-Kirim via surat:
*tuliskan nama rubrik di pojok kiri amplop
*lampirkan biodata dan kartu identitas
*kirim ke Jl Mede No 42 Utan Kayu, Jakarta Timur 13120
-Kirim via email:
*sertakan biodata lengkap
*kirim ke annida@ummigroup.co.id
Majalah Teen
-Kirim cerpen maksimal 6 halaman
-Kirim ke alamat Jalan Prof Dr Satrio Kav. 3-4 Karet Kuningan, Jakarta 12940
-Atau alamat email ke: tabloid.teen@gmail.com

dari anak sungai....menarik

LUBANG

by Anak Sungai on Thursday, 14 October 2010 at 00:10
(buat araswari)

pada nanti, lubang itu tertutupi.
dan terbukakan lagi.
ada yang datang dan berganti
mengisi untuk pergi lagi.

"kita datang dari lubang dan akan pulang pada lubang.
seperti muasal debu kembali ke debu" katamu pada kita.

juga lubang di kanan pipimu itu.
yang terbuka, yang membuka
terkatup dan menutup lagi.
dan aku ingin masuk atau mengetuk
tapi
aku tak bisa masuk, tak juga mengetuk.
hanya duduk (bukan depan pintu, bukan pada batu)
bukan sekadar menunggu tungku
mungkin mengusir waktu.

masa lalu yang belum berlalu.

"aku hanya bisa menjaga yang ada,
selebihnya mensyukuri. sebab memiliki
hanyalah pilihan buat mati"
ucapmu sambil berlalu

lalu hidup terus berjalan.
terus berjalan.
tetap berjalan,
tapi masa lalu tak juga berlalu.
mungkin membeku.
seperti aku.

2010

Rabu, 06 Oktober 2010

cerpen


“Dapet Jodoh di Bulan Puasa ?”
Oleh Winni Siti Alawiah

Kau begitu indah
Sosokmu berikan inspirasi
Senyummu ramah sejukkan hati
Seberkas cahaya dalam malaku
Melihatmu,
Kadang buatku malu
Bila cinta adalah pilihan
Maka, pilihanku jatuh padamu
Karena hatiku
T’lah kau buat satu denganmu

            “Bismillahirahmanirrahim….”, gumamku di depan cermin
             Hah… Udara pagi ini rasanya begitu segar, entah mengapa hari ini ku awali dengan menulis puisi, puisi yang kutujukan pada siapa.. akupun masih ragu. Yang pasti hari ini aku ingin segera duduk dibarisan pertama kelas.
            Sepuluh menit sudah kuhabiskan waktuku di depan cermin, tak terasa jam tangan biru yang melekat di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 08.10, segera ku ambil tas cangklongku dan kulangkahkan kakiku pasti menuju kampus tercinta.
            Seperti biasa lift kampus selalu dipenuhi para mahasiswa yang akan menuju lantai atas. Tidak ada piliha lain, kunaiki tangga menuju lantai empat dengan langkah enggan. Uh…. Olahraga yang mengasyikkan, gerutuku.
            Berada di lantai empat membuat bingung, tentu saja bagi mahasiswa baru sepertiku sulit untuk menghafal banyak kelas yang berderet di kiri dan kanan dalam waktu lima hari.
“Hai…hai…”, serentak kedua suara cempreng itu mengagetkanku. Lagi-lagi Myta dan Vivi yang menyapaku dengan kata “Hai..” dan nada tingginya.
“Walaikumsalam…”, balasku cepat
“Oh maaf…. Assalamualaikum bu…”!!!
“Walaikumsalam..”, jawabku kembali sambil berlalu. Myta dan Vivi berjalan menyusul mencoba menyamai langkahku sambil mengikik menertawaiku.
            Sudah menjadi kebiasaan bagi Myta dan Vivi menyapa orang dengan “hai..” dan nada tingginya yang khas, sampai-sampai mereka lupa mengucapkan salam terlebih dahulu. Dan gara-gara kebiasaan buruknya itu pula mereka berdua pernah dibuat keki alias kikuk karena malu.
            Ceritanya dua hari yang lalu, saat itu di kampus sedang ada pembagian kelas, para mahasiswa dikumpulkan dilantai dasar. Karena datang terlambat Myta dan Vivi tidak bertemu denganku. Ku kirim sms pada Vivi kuberitahu bahwa aku ada disebelah kiri dari tempat mereka, aku pakai kerudung biru tambahku dalam sms itu. Tanpa berpikir panjang mereka langsung menghampiri wanita berkerudung biru disebelahnya dan seperti biasa mereka langsung menyapa
            “hai…hai..hai…pa kab…”, mereka langsung menghentikan kalimatnya ketika wanita berkerudung biru itu membalikan wajahnya dan mengeryitkan dahinya lalu berdehem sinis…
            Dan ternyata wanita yang mereka sapa itu adalah Bu Nisa Dosen Mata kuliah menyimak. Alhasil mereka berdua malu bukan main. Aku masih ingat betul bagaimana pipi Myta yang memerah dan tangan Vivi yang gemeteran karena takut dan malu. Tapi sayang hal itu tidak membuat mereka jera untuk berhenti menyapa orang dengan kata”hai..” dan nada tingginya yang khas seperti orang kemalingan. Sungguh kebiasaan buruk yang sulit dibasmi pikirku dalam hati ketika itu.
***
            Kelas Dik.C
            Hari ke 5, hari ini mata kuliahku hanya satu yaitu ‘membaca’ oleh Pak Sarwono.
            25 menit berlalu, heran kenap penjelasan panjang lebar Pak Sawono yang lugas tidak membuatku puas, aku masih merasa ada yang kurang hari ini, tapi apa…? Pikiranku dipenuhi tanda Tanya.
            “Cie..cie… ada yang mikirin seseorang nih…”
            “e’hm…e’hm…tenang bu… mata kuliah Pak Galih dua hari lagi ko….”
            Canda dua makhluk ini kembali muncul mengembalikan kesadaranku. Berani juga nyali mereka menggodaku padahal dihadapannya ada Pak Sarwono yang sedang berbicara. Aneh, setelah mendengar kata-kata mereka tentang Pak Galih hatiku menjadi tenang dan nyaman. Tidak tahu kenapa setiap aku mendengar nama Galih tidak dapat kusembunyikan tawa kecil yang muncul dari bibirku dan perasaan tenang, nyaman menyelimuti hati ini.
            “Astagfirullah…”!!, segera kutepis semua itu, kembali kufokuskan pikiranku pada penjelasan yang disampaikan Pak Sarwono, 20 menit terakhir berhasil ku manfaatkan dengan baik.
            Besoknya aku datang lebih awal ada sesuatu yang ingin kuberitahukan pada Myta dan Vivi. Mereka memang susah disiplin, hari ini ketiga kalinya mereka datang terlambat. Karena keterlambatannya, mereka mendapatkan tempat duduk di barisan paling belakang terpisah dua baris dariku.
            Apa boleh buat, ceritaku harus kutunda hingga pukul 10.20. Sebelum dosen masuk kusempatkan mengirim pesan pada Myta dan Vivi agar tidak langsung meninggalkan kelas ketika mata kuliah selesai karena ada hal penting yang ingin aku ceritakan.
            Ya, tepat pukul 10.25 segera kubereskan buku dimeja, ku hampiri Myta dan Vivi yang masih sibuk memberekan buku-bukunya. Setelah kelas kosong kami bertiga duduk melingkar.
            “Emm… pasti soal Pak Galih ya..”, tebak Myta membuka percakapan
            “ayo dong cepet certain”, tukas Vivi cepat
            Mereka memang paling semangat kalau sudah menyeret makhluk yang namanya‘laki-laki’, apalagi kali ini yang akan kuceritakan adalah Pak Galih Nur Gantara dosen termuda yang murah senyum dan disukai banyak mahasiswi khususnya di Fakultas Bahasa ini.
“Semalem aku coba menanyakan sesuatu tentang kelas pada Pak Galih , ku kira tidak akan ditanggapi. Sms pertama yang kukirim berisi ucapan  salam, nama, jurusan dan sms kedua berisi pertanyaanku tentang kelas. Berselang lima menit ada satu pesan balasan, kubuka dan ternyata dari Pak Galih. Karna aku merasa kurang jelas terus kukirim sms lagi hingga lima kali aku kirim pesan dan semua pesanku dibalas secara rinci oleh Pak Galih”, jelasku panjang lebar kuakhiri dengan senyum kecilku.
            Selesai kubercerita Myta dan Vivi saling bertatapan sesaat menahan tawa dibibirnya.
“Huahaha…haha..hahahaha..”, akhirnya tawa menggelegar itu memecah kesunyian dan segera memenuhi ruangan kelas
            Aku merasa sangat tersudut, kecil dan ingin rasanya aku segera berlari jauh meninggalkan ruangan ini
            “itu sih biasa aja La…” , ucap Myta masi dengan tawanya
            “gada yang special..”,celoteh Vivi menambah tawa mereka semakin keras dan semakin membuatku kesal.
            “Aku pulang duluan…”!!!, segera ku beranjak meninggalkan mereka berdua di kelas
            “eh La…Fah…Fahla…tunggu jangan marah dong…..”, seru Myta dan Vivi mencoba menahanku pergi
            Aku diam saja mendengar panggilan mereka dan terus berjalan menuju lift
            Dipintu keluar aku beruntung bertemu Seni, setidaknya aku tidak pulang sendirian. Kebetulan tempat kost temanku Seni dekat dengan tempat kostku.
            Dua pesan kuterima, ya.. pasti dari Myta danVivi, isinya sama permohonan maaf mereka karena telah menertakanku. Tidak kubalas sms itu karena masih kesal.
            “Oh ya Sen…kamu tahu Pak Galih..?”, tanyaku pelan membuka percakapan kami
            “Oh…Pak Galih Nur Gantara”, jawabnya semangat dengan logat sundanya yang khas.
            Seni teman sekelasku ini memang sikapnya sulit ditebak, kadang ia pendiam kadang cerewetnya minta ampun seperti penyiar radio.
            “iya, katanya beliau berasal dari Cianjur ya…?” tanyaku penuh harap
            “iya kalau tidak salah, kamu kan dari Cianjur juga masa tidak tahu”, jawabanya mulai curiga
            “ya karna ga tahu, makanya aku Tanya sama kamu”
            “maaf atuh aku juga kurang tau, yang pasti katanya beliau sudah menikah”, jelasnya pasti, sepertinya dia tahu apa yang ingin aku tanyakan tentang rumor bahwa Pak Galih itu masih bujang
            “hah….. yang bener, kata temen-temen masih bujang..”
            “sudah menikah ko, waktu itu aku pernah dengar dari Bu Nisa tentang pernikahannya”, jelas Seni meyakinkan
            “oh…”, entah kecewa atau sedih yang mengusik hati ini
            “ayo kenapa….emm…..hahahaha”
            Huh….Seni adalah orang ketiga yang menertawakanku hari ini. Aku hanya bisa menggelengkan kepala untuk menghentikan tawanya.
            Setelah sampai di pertigaan gang, aku berpisah dengan Seni. Dia belok ke kanan sedangkan aku belok kekiri.
           
***
            “tok..tok….!!!”
            Siapa itu yang mengetuk pintu kamarku begitu keras hingga aku terbangun
            “hah…kenapa barang-barang di kamarku bergoyang”
            “Laillahailallah….”
            Segera kubuka pintu dan berlari bersama teman-teman kost, kami berkumpul di luar sambil terus mengingat Allah Sang Pencipta
            “Laillahaillah….laillahailallah….”
***
            Gempa dengan kekuatan cukup tinggi melanda Jabar Selatan dan berpusat di Tasikmalaya. Sebuah topik di halaman depan surat kabar yang sedang dibaca Akhmad itu membuatku terhenyak. Awalnya kukira hanya wilayah ini saja yang terkena gempa. Segera kurogoh handphone di saku celana, kuketik pesan dan kukirim ke semua anggota keluargaku yang berada di Cianjur. Ku coba telepon tapi selalu gagal mungkin gangguan jaringan akibat gempa.
            Semua mahasiswa berkumpul diluar gedung, tidak dijinkan untuk masuk, karena dikabarkan bahwa bagian dalam gedung kampus rusak bahkan menurut sumber ada beberapa mahasiswa yang terluka akibat gempa kemarin.
            Ya Allah semua orang panik begitu juga denganku, aku cemas dengan ayah, ibu dan adik-adikku di Cianjur. Karena saking paniknya aku tidak mengetahui ada pesan yang masuk ke handphoneku. Tiba-tiba Fahmi ketua kelas Dik C menghampiriku.
            “gimana La…sudah menghubungi dosen?”
            “oh..iya..belum Mi…ya aku sms sekarang”
            Ketika kubuka handphone dua pesan masuk, kubuka ternyata satu pesan dari mama dan satu pesan lagi dari Pak Galih. Alhamdulillah ternyata keluarga ku di Cianjur baik-baik saja. Dan isi dari pesan Pak Galih hanya pemberitahuan bahwa hari ini sampai besok kuliah di cancel. Huh… helaan nafasku terdengar pasrah, entah bagaimana perasaanku hari ini.
***
            Hari yang kutunggu-tunggu, tepat pukul 09.20 mata kuliah Pak Galih. Kali ini tidak akan kulewatkan kesempatan untuk bertatap muka dan sedikit mencuri senyumnya. Ok..meskipun hari ini kami dikumpulkan ditaman dan hanya mendengarkan pengumuman setidaknya aku dapat menatap muka dan melihat senyumnya. Tanpa disangka ternyata Pak Galih sedang memperhatikanku, sesaat aku bertemu pandang lalu Pak Galih memberikan senyumnya. Hah….rasanya senyumnya kali ini berbeda, sepertinya senyum itu sebuah pertanda tapi apa….aku bingung, karena senyum itu sangat berbeda.
            “syut….jaga pandangan lagi bulan puasa loh…”
            “ha..astagfirullah”, seketika aku mengangguk malu
            Ya ampun kali ini bukan Myta atau Vivi yang membuatku kaget dan malu, tapi Aufa teman sekelasku yang murah senyum. Tidak kusangaka Aufa yang seorang anak rohis kampus sempat-sempatnya memperhatikanku. Tunggu…tunggu, apa dia tahu soal aku dan Pak Galih…oh…tidak…!!!, kutarik nafas dalam-dalam dan sekali lagi Aufa menoleh padaku sambil tersenyum.
***
Karena gedung masih dalam perbaikan maka kuliah di cancel hingga minggu depan dan kuputuskan untuk mudik bersama teman-teman satu kosan.
Subhanallah… nikmat puasa yang paling kutunggu. Sahur dan buka puasa bersama keluarga dirumah. Dan hari ini aku berhasil buka bersama keluarga di rumah. Tarawih bersama, tadarus bersama, hingga membangunkan saur kedua adikku.
Setelah tilawah subuh mama mengajakku kekamarnya, didalam sudah ada ayah yang sedang duduk menghadap jendela. Sepertinya akan ada pembicaraan serius.
“Fahla Nazwa Firyal….anak mama sudah besar ya….”, sapih mama  mengajakku duduk disampingnya sambil mengelus kepalaku lembut.
Mama menganggukkan kepala kepada ayah
“Ma….Yah….. mau membicarakan soal kuliah Fahla ya?”, tanyaku pelan
“bukan La. Soal ayah yang  kemarin pergi silaturahmi ke rumah kawan lamanya”
Perasaanku mulai tidak enak, tapi mama mencoba mencairkan suasana dengan senyumnya.
“banyak yang ayah bicarakan dengan Giri kawan lama ayah itu, lalu dia menceritakan soal anak laki-lakinya yang sudah bekerja sebagai dosen muda dan belum menikah”
Hah apa ini sebuah perjodohan….ya Allah aku belum siap, detak jantungku mulai tak berirama. Ingin menangis tapi air mata ini tak mau keluar. Aku hanya bisa mengenggam kedua tangan mama.
“Tenang La… La tau kan ayah itu orangnya seperti apa. Seminggu setelah pertemuan itu Pak Giri menyatakan lamaran anaknya pada ayah, tapi ayah tidak begitu saja menerimanya. Ayah memerikan tawaran jika memang benar ingin dengan anak saya harus mau menunggu sampai anak saya lulus S1, tapi jika tidak sanggup maka silahkan mencari yang lain”jelas mama.
“lalu jawabannya bu?”,tanyaku sedikit terisak. Aku tahu mama dan ayah adalah orangtua yang demokrasi kepada anaknya.
“Subhanallah, mungkin jodoh kamu La, anaknya bersedia menunggu kamu sampai lulus sarjana, dan katanya dia sudah kenal Fahla”, jawab mama singkat, matanya mulai berkaca-kaca.
Kenal….siapa dia, apa dia teman dekatku, atau siapa. Berbagai pertanyaan memenuhi ruang dalam pikirku yang mulai melayang tak karuan.
Ayah segera menyanggah “tapi ma…kembalikan semuanya pada Fahla, apa dia cocok dengan pria itu”
“iya Yah, mama tahu, ini La fotonya kamu istikhoroh dulu ya, baru kamu putuskan”, saran mama bijak sambil memberikan sebuah amplop.
Kubuka amplop putih yang diberikan mama, kukeluarkan selembar foto yang ada di dalamnya perlahan.
Deg…..
Dua detik jantungku berhenti, sesak nafas ini ku rasakan, namun kemudian kembali berirama setelah mama memegang kepalaku. Allahuakbar….Subhanallah…pujiku dalam hati. Ada kesejukan yang kurasakan seperti ada tetesan embun yang jatuh ke kepala.
Wajah ini…senyum ini……
Kubaca setengah berbisik nama dibalik foto itu
“Galih Abdul Hakim”
Kupeluk mama erat sambil menangis penuh makna. Aku tahu dan yakin ‘Jodoh Takkan kemana-mana’ seperti judul lagu Petra yang selalu menginspirasiku.