mulailah mencintai negri kita dengan karya sastranya ^_^

aku anak indonesia,
cinta negeri dan menghargai
karya sastra indonesia...
HIDUP INDONESIA!!!!!

Rabu, 06 Oktober 2010

cerpen


“Dapet Jodoh di Bulan Puasa ?”
Oleh Winni Siti Alawiah

Kau begitu indah
Sosokmu berikan inspirasi
Senyummu ramah sejukkan hati
Seberkas cahaya dalam malaku
Melihatmu,
Kadang buatku malu
Bila cinta adalah pilihan
Maka, pilihanku jatuh padamu
Karena hatiku
T’lah kau buat satu denganmu

            “Bismillahirahmanirrahim….”, gumamku di depan cermin
             Hah… Udara pagi ini rasanya begitu segar, entah mengapa hari ini ku awali dengan menulis puisi, puisi yang kutujukan pada siapa.. akupun masih ragu. Yang pasti hari ini aku ingin segera duduk dibarisan pertama kelas.
            Sepuluh menit sudah kuhabiskan waktuku di depan cermin, tak terasa jam tangan biru yang melekat di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 08.10, segera ku ambil tas cangklongku dan kulangkahkan kakiku pasti menuju kampus tercinta.
            Seperti biasa lift kampus selalu dipenuhi para mahasiswa yang akan menuju lantai atas. Tidak ada piliha lain, kunaiki tangga menuju lantai empat dengan langkah enggan. Uh…. Olahraga yang mengasyikkan, gerutuku.
            Berada di lantai empat membuat bingung, tentu saja bagi mahasiswa baru sepertiku sulit untuk menghafal banyak kelas yang berderet di kiri dan kanan dalam waktu lima hari.
“Hai…hai…”, serentak kedua suara cempreng itu mengagetkanku. Lagi-lagi Myta dan Vivi yang menyapaku dengan kata “Hai..” dan nada tingginya.
“Walaikumsalam…”, balasku cepat
“Oh maaf…. Assalamualaikum bu…”!!!
“Walaikumsalam..”, jawabku kembali sambil berlalu. Myta dan Vivi berjalan menyusul mencoba menyamai langkahku sambil mengikik menertawaiku.
            Sudah menjadi kebiasaan bagi Myta dan Vivi menyapa orang dengan “hai..” dan nada tingginya yang khas, sampai-sampai mereka lupa mengucapkan salam terlebih dahulu. Dan gara-gara kebiasaan buruknya itu pula mereka berdua pernah dibuat keki alias kikuk karena malu.
            Ceritanya dua hari yang lalu, saat itu di kampus sedang ada pembagian kelas, para mahasiswa dikumpulkan dilantai dasar. Karena datang terlambat Myta dan Vivi tidak bertemu denganku. Ku kirim sms pada Vivi kuberitahu bahwa aku ada disebelah kiri dari tempat mereka, aku pakai kerudung biru tambahku dalam sms itu. Tanpa berpikir panjang mereka langsung menghampiri wanita berkerudung biru disebelahnya dan seperti biasa mereka langsung menyapa
            “hai…hai..hai…pa kab…”, mereka langsung menghentikan kalimatnya ketika wanita berkerudung biru itu membalikan wajahnya dan mengeryitkan dahinya lalu berdehem sinis…
            Dan ternyata wanita yang mereka sapa itu adalah Bu Nisa Dosen Mata kuliah menyimak. Alhasil mereka berdua malu bukan main. Aku masih ingat betul bagaimana pipi Myta yang memerah dan tangan Vivi yang gemeteran karena takut dan malu. Tapi sayang hal itu tidak membuat mereka jera untuk berhenti menyapa orang dengan kata”hai..” dan nada tingginya yang khas seperti orang kemalingan. Sungguh kebiasaan buruk yang sulit dibasmi pikirku dalam hati ketika itu.
***
            Kelas Dik.C
            Hari ke 5, hari ini mata kuliahku hanya satu yaitu ‘membaca’ oleh Pak Sarwono.
            25 menit berlalu, heran kenap penjelasan panjang lebar Pak Sawono yang lugas tidak membuatku puas, aku masih merasa ada yang kurang hari ini, tapi apa…? Pikiranku dipenuhi tanda Tanya.
            “Cie..cie… ada yang mikirin seseorang nih…”
            “e’hm…e’hm…tenang bu… mata kuliah Pak Galih dua hari lagi ko….”
            Canda dua makhluk ini kembali muncul mengembalikan kesadaranku. Berani juga nyali mereka menggodaku padahal dihadapannya ada Pak Sarwono yang sedang berbicara. Aneh, setelah mendengar kata-kata mereka tentang Pak Galih hatiku menjadi tenang dan nyaman. Tidak tahu kenapa setiap aku mendengar nama Galih tidak dapat kusembunyikan tawa kecil yang muncul dari bibirku dan perasaan tenang, nyaman menyelimuti hati ini.
            “Astagfirullah…”!!, segera kutepis semua itu, kembali kufokuskan pikiranku pada penjelasan yang disampaikan Pak Sarwono, 20 menit terakhir berhasil ku manfaatkan dengan baik.
            Besoknya aku datang lebih awal ada sesuatu yang ingin kuberitahukan pada Myta dan Vivi. Mereka memang susah disiplin, hari ini ketiga kalinya mereka datang terlambat. Karena keterlambatannya, mereka mendapatkan tempat duduk di barisan paling belakang terpisah dua baris dariku.
            Apa boleh buat, ceritaku harus kutunda hingga pukul 10.20. Sebelum dosen masuk kusempatkan mengirim pesan pada Myta dan Vivi agar tidak langsung meninggalkan kelas ketika mata kuliah selesai karena ada hal penting yang ingin aku ceritakan.
            Ya, tepat pukul 10.25 segera kubereskan buku dimeja, ku hampiri Myta dan Vivi yang masih sibuk memberekan buku-bukunya. Setelah kelas kosong kami bertiga duduk melingkar.
            “Emm… pasti soal Pak Galih ya..”, tebak Myta membuka percakapan
            “ayo dong cepet certain”, tukas Vivi cepat
            Mereka memang paling semangat kalau sudah menyeret makhluk yang namanya‘laki-laki’, apalagi kali ini yang akan kuceritakan adalah Pak Galih Nur Gantara dosen termuda yang murah senyum dan disukai banyak mahasiswi khususnya di Fakultas Bahasa ini.
“Semalem aku coba menanyakan sesuatu tentang kelas pada Pak Galih , ku kira tidak akan ditanggapi. Sms pertama yang kukirim berisi ucapan  salam, nama, jurusan dan sms kedua berisi pertanyaanku tentang kelas. Berselang lima menit ada satu pesan balasan, kubuka dan ternyata dari Pak Galih. Karna aku merasa kurang jelas terus kukirim sms lagi hingga lima kali aku kirim pesan dan semua pesanku dibalas secara rinci oleh Pak Galih”, jelasku panjang lebar kuakhiri dengan senyum kecilku.
            Selesai kubercerita Myta dan Vivi saling bertatapan sesaat menahan tawa dibibirnya.
“Huahaha…haha..hahahaha..”, akhirnya tawa menggelegar itu memecah kesunyian dan segera memenuhi ruangan kelas
            Aku merasa sangat tersudut, kecil dan ingin rasanya aku segera berlari jauh meninggalkan ruangan ini
            “itu sih biasa aja La…” , ucap Myta masi dengan tawanya
            “gada yang special..”,celoteh Vivi menambah tawa mereka semakin keras dan semakin membuatku kesal.
            “Aku pulang duluan…”!!!, segera ku beranjak meninggalkan mereka berdua di kelas
            “eh La…Fah…Fahla…tunggu jangan marah dong…..”, seru Myta dan Vivi mencoba menahanku pergi
            Aku diam saja mendengar panggilan mereka dan terus berjalan menuju lift
            Dipintu keluar aku beruntung bertemu Seni, setidaknya aku tidak pulang sendirian. Kebetulan tempat kost temanku Seni dekat dengan tempat kostku.
            Dua pesan kuterima, ya.. pasti dari Myta danVivi, isinya sama permohonan maaf mereka karena telah menertakanku. Tidak kubalas sms itu karena masih kesal.
            “Oh ya Sen…kamu tahu Pak Galih..?”, tanyaku pelan membuka percakapan kami
            “Oh…Pak Galih Nur Gantara”, jawabnya semangat dengan logat sundanya yang khas.
            Seni teman sekelasku ini memang sikapnya sulit ditebak, kadang ia pendiam kadang cerewetnya minta ampun seperti penyiar radio.
            “iya, katanya beliau berasal dari Cianjur ya…?” tanyaku penuh harap
            “iya kalau tidak salah, kamu kan dari Cianjur juga masa tidak tahu”, jawabanya mulai curiga
            “ya karna ga tahu, makanya aku Tanya sama kamu”
            “maaf atuh aku juga kurang tau, yang pasti katanya beliau sudah menikah”, jelasnya pasti, sepertinya dia tahu apa yang ingin aku tanyakan tentang rumor bahwa Pak Galih itu masih bujang
            “hah….. yang bener, kata temen-temen masih bujang..”
            “sudah menikah ko, waktu itu aku pernah dengar dari Bu Nisa tentang pernikahannya”, jelas Seni meyakinkan
            “oh…”, entah kecewa atau sedih yang mengusik hati ini
            “ayo kenapa….emm…..hahahaha”
            Huh….Seni adalah orang ketiga yang menertawakanku hari ini. Aku hanya bisa menggelengkan kepala untuk menghentikan tawanya.
            Setelah sampai di pertigaan gang, aku berpisah dengan Seni. Dia belok ke kanan sedangkan aku belok kekiri.
           
***
            “tok..tok….!!!”
            Siapa itu yang mengetuk pintu kamarku begitu keras hingga aku terbangun
            “hah…kenapa barang-barang di kamarku bergoyang”
            “Laillahailallah….”
            Segera kubuka pintu dan berlari bersama teman-teman kost, kami berkumpul di luar sambil terus mengingat Allah Sang Pencipta
            “Laillahaillah….laillahailallah….”
***
            Gempa dengan kekuatan cukup tinggi melanda Jabar Selatan dan berpusat di Tasikmalaya. Sebuah topik di halaman depan surat kabar yang sedang dibaca Akhmad itu membuatku terhenyak. Awalnya kukira hanya wilayah ini saja yang terkena gempa. Segera kurogoh handphone di saku celana, kuketik pesan dan kukirim ke semua anggota keluargaku yang berada di Cianjur. Ku coba telepon tapi selalu gagal mungkin gangguan jaringan akibat gempa.
            Semua mahasiswa berkumpul diluar gedung, tidak dijinkan untuk masuk, karena dikabarkan bahwa bagian dalam gedung kampus rusak bahkan menurut sumber ada beberapa mahasiswa yang terluka akibat gempa kemarin.
            Ya Allah semua orang panik begitu juga denganku, aku cemas dengan ayah, ibu dan adik-adikku di Cianjur. Karena saking paniknya aku tidak mengetahui ada pesan yang masuk ke handphoneku. Tiba-tiba Fahmi ketua kelas Dik C menghampiriku.
            “gimana La…sudah menghubungi dosen?”
            “oh..iya..belum Mi…ya aku sms sekarang”
            Ketika kubuka handphone dua pesan masuk, kubuka ternyata satu pesan dari mama dan satu pesan lagi dari Pak Galih. Alhamdulillah ternyata keluarga ku di Cianjur baik-baik saja. Dan isi dari pesan Pak Galih hanya pemberitahuan bahwa hari ini sampai besok kuliah di cancel. Huh… helaan nafasku terdengar pasrah, entah bagaimana perasaanku hari ini.
***
            Hari yang kutunggu-tunggu, tepat pukul 09.20 mata kuliah Pak Galih. Kali ini tidak akan kulewatkan kesempatan untuk bertatap muka dan sedikit mencuri senyumnya. Ok..meskipun hari ini kami dikumpulkan ditaman dan hanya mendengarkan pengumuman setidaknya aku dapat menatap muka dan melihat senyumnya. Tanpa disangka ternyata Pak Galih sedang memperhatikanku, sesaat aku bertemu pandang lalu Pak Galih memberikan senyumnya. Hah….rasanya senyumnya kali ini berbeda, sepertinya senyum itu sebuah pertanda tapi apa….aku bingung, karena senyum itu sangat berbeda.
            “syut….jaga pandangan lagi bulan puasa loh…”
            “ha..astagfirullah”, seketika aku mengangguk malu
            Ya ampun kali ini bukan Myta atau Vivi yang membuatku kaget dan malu, tapi Aufa teman sekelasku yang murah senyum. Tidak kusangaka Aufa yang seorang anak rohis kampus sempat-sempatnya memperhatikanku. Tunggu…tunggu, apa dia tahu soal aku dan Pak Galih…oh…tidak…!!!, kutarik nafas dalam-dalam dan sekali lagi Aufa menoleh padaku sambil tersenyum.
***
Karena gedung masih dalam perbaikan maka kuliah di cancel hingga minggu depan dan kuputuskan untuk mudik bersama teman-teman satu kosan.
Subhanallah… nikmat puasa yang paling kutunggu. Sahur dan buka puasa bersama keluarga dirumah. Dan hari ini aku berhasil buka bersama keluarga di rumah. Tarawih bersama, tadarus bersama, hingga membangunkan saur kedua adikku.
Setelah tilawah subuh mama mengajakku kekamarnya, didalam sudah ada ayah yang sedang duduk menghadap jendela. Sepertinya akan ada pembicaraan serius.
“Fahla Nazwa Firyal….anak mama sudah besar ya….”, sapih mama  mengajakku duduk disampingnya sambil mengelus kepalaku lembut.
Mama menganggukkan kepala kepada ayah
“Ma….Yah….. mau membicarakan soal kuliah Fahla ya?”, tanyaku pelan
“bukan La. Soal ayah yang  kemarin pergi silaturahmi ke rumah kawan lamanya”
Perasaanku mulai tidak enak, tapi mama mencoba mencairkan suasana dengan senyumnya.
“banyak yang ayah bicarakan dengan Giri kawan lama ayah itu, lalu dia menceritakan soal anak laki-lakinya yang sudah bekerja sebagai dosen muda dan belum menikah”
Hah apa ini sebuah perjodohan….ya Allah aku belum siap, detak jantungku mulai tak berirama. Ingin menangis tapi air mata ini tak mau keluar. Aku hanya bisa mengenggam kedua tangan mama.
“Tenang La… La tau kan ayah itu orangnya seperti apa. Seminggu setelah pertemuan itu Pak Giri menyatakan lamaran anaknya pada ayah, tapi ayah tidak begitu saja menerimanya. Ayah memerikan tawaran jika memang benar ingin dengan anak saya harus mau menunggu sampai anak saya lulus S1, tapi jika tidak sanggup maka silahkan mencari yang lain”jelas mama.
“lalu jawabannya bu?”,tanyaku sedikit terisak. Aku tahu mama dan ayah adalah orangtua yang demokrasi kepada anaknya.
“Subhanallah, mungkin jodoh kamu La, anaknya bersedia menunggu kamu sampai lulus sarjana, dan katanya dia sudah kenal Fahla”, jawab mama singkat, matanya mulai berkaca-kaca.
Kenal….siapa dia, apa dia teman dekatku, atau siapa. Berbagai pertanyaan memenuhi ruang dalam pikirku yang mulai melayang tak karuan.
Ayah segera menyanggah “tapi ma…kembalikan semuanya pada Fahla, apa dia cocok dengan pria itu”
“iya Yah, mama tahu, ini La fotonya kamu istikhoroh dulu ya, baru kamu putuskan”, saran mama bijak sambil memberikan sebuah amplop.
Kubuka amplop putih yang diberikan mama, kukeluarkan selembar foto yang ada di dalamnya perlahan.
Deg…..
Dua detik jantungku berhenti, sesak nafas ini ku rasakan, namun kemudian kembali berirama setelah mama memegang kepalaku. Allahuakbar….Subhanallah…pujiku dalam hati. Ada kesejukan yang kurasakan seperti ada tetesan embun yang jatuh ke kepala.
Wajah ini…senyum ini……
Kubaca setengah berbisik nama dibalik foto itu
“Galih Abdul Hakim”
Kupeluk mama erat sambil menangis penuh makna. Aku tahu dan yakin ‘Jodoh Takkan kemana-mana’ seperti judul lagu Petra yang selalu menginspirasiku.

INFO RUTE ANGKOT DI KOTA BANDUNG....

http://www.vitanouva.net/index.php?topic=1266.0

Sajak Manies, untuk para wanita yang merasakan....


Alam Merah Jambu


Banyak tatapan enggan terpejam
Berteman lebabnya sulaman malam
Begitu merdu seribu kalbu
Berangan dari keinginan terpendam
Semakin larut seraya lanjut
Lantur sana-sini
Luap satu-satu, luruhkan kata-kata
Luangkan rasa-rasa
Suasana hati suntingan jiwa
Aku tersudut
Akalku terbungkam
Semakin terbuka kisah batin, semakin tercurah kasih sayang
Sematkan pada angin
Sebarkan pada langit
Angkasa raya tersipu, awan mata tersapu
Lalu memerdekakan jiwaku yang terjajah asmara

karyaku ^^

http://www.radar.co.id/berita/read/5233/2010/Wanita-Tangguh-Pencetak-Generasi-Hebat-di-Dunia

sepenggal rangkaian kata yang indah...^^

Kepada Winni Siti Alawiah
sepasang lesung luruh melayang
menjadi lanskap sesosok wajah
hingga kala senja yang serupa
lepas senyum tatap meluncur