mulailah mencintai negri kita dengan karya sastranya ^_^

aku anak indonesia,
cinta negeri dan menghargai
karya sastra indonesia...
HIDUP INDONESIA!!!!!

Minggu, 06 November 2011

Welcome Party Beswan Djarum agkatan 27 Regional Bandung










CERPEN: Dormitori

DORMITORI
Oleh Winni Siti Alawiah

“Tolong….tolong….tolong”, teriak Melda dari dalam gudang bekas penyimpanan tabung gas.
Sudah dua jam berlalu dan tak satu pun orang yang datang ke gudang itu. Mungkin karena letak gudang yang jauh dari rumah warga. Terkunci dalam ruangan yang begitu besar, pengap, dan gelap membuat jantung gadis berusia 17 tahun itu berdetak kencang. Matanya yang selalu berjaga kesetiap sudut di ruangan itu. Pengawasan yang dibuatnya memberikan sedikit ketenangan bagi dirinya.
Handphonenya mati tak bisa dipakai untuk mengubungi siapapun yang bisa menolongnya keluar dari tempat menyeramkan itu.
“ya Tuhan, tolong aku. Aku ingin pulang”, nada suaranya mulai paraw. Entah siapa yang menyeretnya kedalam mobil jip berwarna biru tua ketika ia keluar dari gerbang sekolah.
Keadaan berbeda, di sebuah ruangan berarsitektur eropa modern, tergolek lemas di atas sofa seorang pria berkumis tebal.
“dimana dia sekarang, aku tidak akan makan bahkan minum obat tanpanya di sampingku!”, teriak pria berkumis itu pada pria berjas coklat yang berdiri disampingnya.
“kami sudah menghubungi semua kawan-kawannya di sekolahnya tetapi tidak ada yang mengetahui kemana Nona Muda pergi”, jelas pria berjas itu dengan hati-hati.
“sesulit itukah kalian mencari gadis kecilku!. Aku tidak ingin mendengar alasan apapun, cepat pergi dan cari anakku!. Jangan kembali sebelum kau bertemu dengannya!”, perintahnya tegas.
Segera dengan cepat pria berjas itu meninggalkan ruangan besar berwarna emas. Dengan langkah cepat pria itu menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan mobil.
“David!!!,”
“kau memanggilku?”, langkahnya terhenti. David membalikan badan ke arah suara yang memanggilnya.
“ia. Bagaimana keadaan Melda dan Robby?”, tanya wanita tinggi berkulit putih itu.
“entahlah Nyonya. Seperti biasa Tuan tidak pernah mengharapkan keadaan buruk menimpa Nona Muda”
“Keras kepala!!!”
Segera wanita itu melangkahkan kakinya cepat namun tetap anggun. Wanita itu tante Reina yang setia membantu Robby ayahnya dalam membesarkan Melda semenjak ibunya meninggalkannya karena kecelakaan sepuluh tahun yang lalu.
“hei, pria batu!!! Lagi-lagi kau ingin menyiksa dirimu sendiri!”
“hah, sudahlah Rei. Aku tahu apa yang aku lakukan. Terimakasih atas perhatianmu. Tapi tolong mengertilah”
“benar-benar kepala batu!. Kau pernah melakukan ini berulang kali setiap anakmu pergi tanpa kabar. Padahal anak itu hanya pergi dengan temannya. Kau akan mati jika setiap Melda pergi terlalu lama dan kau memutuskan tidak meminum obatmu!.”, jelas Reina kesal.
Reina duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan tempat Robby berbaring lemas. Dengan setelan baju tidur berwarna merah ati Robby terlihat begitu mengkhawatirkan.
“lihat dirimu. Sebentar lagi kau akan mati dengan keputusan bodohmu itu!!!”
“tolonglah Rei, jangan paksa aku. Kali ini firasatku berbeda. Melda berjanji akan pergi ke pantai denganku sepulang sekolah. Tapi lihat dia tidak pulang. Sudah lima jam Rei, lima jam!!!”, Robby terengah-engah.
“pikiranmu masih kolot. Ini zaman modern Robby!!! Anakmu pergi dan pulang dengan kawalan, apa harus ia pergi bermain dengan teman-temannya dan membawa orang-orang berjas biru yang selalu berjaga di sekelilingnya.”
“baiklah Rei, aku mengalah. Aku harus bagaimana sekarang?”, tanya Robby yang berusaha mengangkat tubuhnya yang lemah dari sofa.
“ minum obatmu dan tidurlah. Biar aku yang membantu mencari Melda”, jawab Reina tenang.
“oh Rei, kenapa kau selalu begitu baik. Selalu membantuku ketika anakku pergi tanpa kabar. Lalu bagaimana dengan urusanmu?”
“aku sedang tidak ada urusan apapun”.
Akhirnya empat buah tablet berwarna putih dan merah itu masuk kedalam tenggorokkan Robby. Hingga Robby terlelap di kasurnya Reina masih setia menungguinya.
***
Melda terbangun dari tidur lelah yang menyandarkan tubuhnya ke drum besar yang sudah berkarat. Tenggorokkannya terasa begitu kering, belum setetes airpun melewati tenggorokkannya sejak siang tadi.
Terdengar langkah kaki yang terburu-buru melewati gudang. Seketika Melda merapatkan telinganya pada dinding gudang. Itu pasti seseorang yang mungkin saja dapat membantunya keluar dari situ. Namun belum sempat berteriak meminta tolong, Melda tersentak dan kembali megulum perkataannya.
“dimana gadis itu di sekap?”, tanya salah satu pria diluar dengan suara sangar.
“entahlah. Kupikir tak perlu terburu-buru untuk menghabisinya. Kita masih punya banyak waktu, kita bisa mempersiapan peralatannya dengan lengkap dan itu akan memudahkan kita untuk menghilangkan jejak”, jelas pria lainnya
“aku sudah menebak kau akan mengatakan hal itu. Baiklah kali ini aku akan mendengarkan usulmu”. Setelah itu terdengar langkah kedua pria itu semakin menjauh dari gudang.
“apakah gadis yang mereka maksud adalah aku”, Melda tersungkur lemas, kaki dan tangannya gemetaran. Pandangan gadis berambut ikal itu mulai kosong. Nafas kepasrahan begitu terasa.

***
“Reina!!!” teriak Robby bagai petir yang mengagetkan semua penghuni rumah mewah itu.
“kemana kalian semua. Dimana Meldaku. Aku bisa gila!!!”, Robby semakin galau. Efek samping obat yang diminumnya membuat tubuhnya begitu kuat untuk beberapa jam.

BERSAMBUNG....

Selasa, 27 September 2011

cerbung..... (star from today)

Dari kejauhan tubuh kecil dengan senyum jail itu memanggil-manggil. "Ren...Reno...". setengah berlari tubuhnya terlihat seperti anak SMA yang mengejar guru untuk perbaikan nilai (hehe).
"wes, tumben dateng pagi"
"huh, kasih selamat ke aku berhasil berangkat pagi. nih baca dong majalah FressTeen hari ini!", dengan semangat45'nya Alwi menyodorkan majalah ditanganya.
"apaan sih?". Reno penasaran dengan isi majalah remaja yang sedang in di kalangan remaja itu. di bukanya tiap lembar halaman dengan hati-hati.
"wah seru nih, ada kompetisi basket...."
"ikh..sini-sini. yang harus kamu baca tuh ini!", cela Alwi cepat, di tunjukkannya halaman yang memuat cerita pendek yang berjudul agak aneh.
"ah apaan sih, aku ga suka baca cerpen. ababil (ABG labil) banget".
"eh liat dulu dong siapa pengarangnya"
"Ragilia Alwina...hahaha. ga percaya..ga mungkin hahaa"
"ikh ko malah ketawa sih....", Alwi mulai kesal dengan respon Reno si cowo jahil itu.

bersambung dulu akh....

Selasa, 19 Juli 2011

Hasil Belajar, Mencoba, Berusaha, dan Berdoa...


Apresiasi Puisi

Apresiasi Puisi

Juara


Nama


No. Peserta


Skor
I WINNI SITI ALAWIYAH 15 430
II FIFIH ROFFIQOH 46 425
III ANGGI RUMAYANTI

YUSI WINDASARI
24

25
415

Kamis, 14 Juli 2011

Ayo2.. INFO lomba....^^

Winni S Alawiah
Kompetisi menulis Tingkat Mahasiswa Se- Jawa Barat
Bung dan sarinah, Kemerdekaan merupakan suatu jembatan emas yang akan menghantarkan bangsa Indonesia pada cita-cita masyarakat yang madani dan sejahtera. Enam puluh enam tahun sudah bangsa ini merdeka, tetapi kita belum mampu merealisasikan cita-cita luhur para pendiri bangsa ini, konsep negara sejahtera yang dibangun seakan masih jauh dari pelupuk mata. Krisis multidimensi hingga sampai pada ketidakterjaminan kelayakan hidup dari tiap masyarakat Indonesia masih setia membelenggu bangsa ini. Harapan demi harapan selalu dipaparkan namun bangsa ini seakan telah meragukan sebuah pengharapan bagi negara yang makmur dan sejahtera.

Dalam menyambut Hari Kemerdekaan Nasional ke-66 tahun, dengan didasarkan pada kegelisahan akan kondisi negara dan bangsa Indonesia yang masih jauh dari makna kemerdekaan yang diharapkan oleh para founding father kita, GmnI Cabang Sumedang beserta Harian Pikiran Rakyat dan Komunitas Pena Padjajaran akan menyelenggarakan Lomba Menulis Se-Jawa Barat dikhususkan bagi mahasiswa yang diharapkan lebih paham dan peka akan persoalan bangsa dan mampu memberikan gagasan dan ide briliant-nya untuk menanggapi kondisi bangsa dewasa ini.
Berikut ini mengenai ketentuan-ketentuan lomba :

TEMA

" Refleksi 66 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia "

Sub Tema :

a. Sosial
b. Politik
c. Budaya
d. Ekonomi
e. Pertahanan dan Keamanan
f. Pendidikan
g. Hukum

TUJUAN

1. Memberi kesempatan bagi mahasiswa se-jawa barat untuk menuangkan ide dan gagasannya.
2. Meningkatkan kemampuan menulis di kalangan mahasiswa.
3. Menciptakan atmosfer intelektualitas di kalangan mahasiswa.

SYARAT PESERTA

1. Mahasiswa D3 dan S1 dari Perguruan Tinggi di Jawa Barat
2. Peserta wajib melampirkan scan Kartu Tanda Mahasiswa.

ATURAN PENULISAN

1. Artikel harus merupakan gagasan atau karya original peserta dan belum pernah dipublikasikan di media massa atau lomba manapun.
2. Format penulisan artikel :
a. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD
b. Ukuran kertas A4
c. Tulisan maksimal 5000 karakter
d. Jenis Huruf : Times New Roman
e. Ukuran Font : 12
f. Spasi 1,5

3. Seluruh artikel yang telah didaftarkan dalam lomba ini menjadi hak milik panitia sepenuhnya dengan nama penulis aslinya.

Penyerahan Artikel dan Biodata

1. Artikel berupa soft copy dikirimkan via e-mail ke alamat : pena_padjadjaran@yahoo.com, dengan subjek : Lomba Menulis Se-Jawa Barat.

2. Penyerahan artikel disertai biodata, nomor handphone, nomor rekening, scan Kartu Tanda Mahasiswa dan scan Foto 4x6.

3. Setiap peserta hanya diperkenankan menyerahkan satu buah tulisan.

4. Penyerahan artikel dimulai tanggal 1 Juli dan batas akhir pengiriman tanggal 10 Agustus pukul 24.00 WIB.

5. Pengumuman pemenang akan diumumkan melalui blog (lombamenulisartikelsejabar.bl​ogspot.com), Harian Pikiran Rakyat, serta via telepon.

6. Penyerahan hadiah akan dikirimkan langsung pada pemenang.
Penghargaan/ Apresiasi

1. Juara 1: Uang Rp 1.000.000 dan sertifikat
2. Juara 2: Uang Rp 750.000 dan sertifikat
3. Juara 3: Uang Rp 500.000 dan sertifikat
4. Jika memenuhi kriteria tertentu, khusus juara 1 tulisannya akan dimuat dalam rubrik kampus Harian Pikiran Rakyat Jawa Barat.

Pengumuman pemenang akan dimuat terlebih dahulu di blog tanggal 18 Agustus dan untuk tulisan pemenang akan dimuat di media cetak.

KITA TUNGGU GAGASAN ANDA !!!

MERDEKA !!!

CP : 022-92255620/085860350160 (Indri)
08986102458 (Nanda)

Minggu, 12 Juni 2011

ye..cerpennya dimuat lagi... ^^

CARPON
Loba Piliheun
Ku Winni Siti Alawiah

Asa teu nyana ceuk si Merliana mah. Tetempoan teh asa hehereyan. “naha bener ieu teh?, naha enya maranehna teh?”. Poe harita Ana sebutan si Merliana ti isuk keneh neupika beurangna pagaweana ngan ukur hulang huleng di buruan imahna.
Genep jam teh siga nu saukur genep menit karasa ku Ana mah. Tirisna angin isuk ge karasa haneut. Beurang nu sakitu panasna asa isuk keneh karasa ku Ana. Kabeh nu ditempona sangkan endah tur merenah. Bener sangkan aya papatah ‘mun keur jatuh cinta mah kabeh karasa endah’.
Dewi portuna sigana keur nuturkeun Ana. Eweh deui nu pang bahagiana ayeuna iwal ti Ana alias Merliana Soebagyo. Gadis nu geus nganjak dewasa ieu geus menangkeun jodohna. Ngan hanjakalna jodohna teh lain ngan sauukur hiji lalaki tapi tilu lalaki sakaligus. Tilu lalaki eta nyaeta Rudi babaturan keur SMA na, Radit babaturan sakelasna di kampus ayeuna, Pak Encep nyaeta dosen nu dipikabogohna tiawal asup kuliah.
Bet teu disangka-sangka, jodoh teh asa siga duren runtuh cek basana mah. Meuni skaligus tilu lalaki nu bogoh tur ngajak kawin ka manehna. Puguh ge lain lieur deui nu dirasa Ana gadis jangkung leutik ieu sangkan matak keder sorangan. Eta tilu lalaki teh, kabehna pernah dipikabogoh ku Ana. Mun dititah milih moal mungkin bisa milih salah sahiji, kahayangna mah mun bisa rek tiluanana di pilih ku Ana jadi salakina. Tapi da asal moal mungkin ari kitu mah.
Ti isuk mula lamunan Ana manjang neupika lohor nakeun. Tiap menit asa ngolebat bayangan raray tilu lalaki eta. Ari dipikir keur masa depan mah asa berat ka Pak Encep nu geus puguh gawena jadi dosen. Tapi da ari cinta pertama mah emang paling hese lengitna, cinta pertama Ana nyaeta ka Rudi. Muhammad Rudi Syahputra, lalaki nu jadi kabogohna ti SMA kelas dua semester dua. Rudi anak ka tilu ti tilu bersaudara, tingkal laku jeung sopan santuna nu napel pisan dina ingetan Ana. Kumaha Rudi nu sakitu bager tur sopana ka awewe. Mun nginget-nginget baheula asa kasuat-suat kenangan endah jeung Rudi. Hiji deui Raditya atau Radit, babaturan sakelasna nu saling bogoh ti awal asup kuliah. Ngan sama-sama era ngungkapkeunana nepi ka karek ayeuna Radit wani ngungkapkeun perasaana ka Ana.
Leuwih lila ditimbang jeung dipikir, leuwih rieut Ana milih nentukeun mana nu rek ditarima ku manehna. Sangkan ngadangu adzan lohor, Ana ganjang indit kacai wudhu tuluy solat. Saenggeus solat, Ana munajatkeun do’a ka Gusti nu Agng sangkan dibere jalan kaluar keur nentukeun pilihan ker hirupna engke.
Teu lila, hape ana hurung aya dua sms asup. Dibuka eta sms teh, duanana dikirim ti Radit. Eusi smsna nu hiji eusina puisi jieunan Radit, sms kadua eusina nanyakeun deui jawaban Ana. Anu paling dipikaresep ku Ana ti Radit nyaeta puisi-puisi manehna nu unik jeung jujur kata-katana. Aya hiji puisi nu teu dipikanyaho ku Radit sangkan eta puisi disimpen ku Ana.

Alam Merah Jambu

Banyak tatapan enggan terpejam
Berteman lebabnya sulaman malam
Begitu merdu seribu kalbu
Berangan dari keinginan terpendam
Semakin larut seraya lanjut
Lantur sana-sini
Luap satu-satu, luruhkan kata-kata
Luangkan rasa-rasa
Suasana hati suntingan jiwa
Aku tersudut
Akalku terbungkam
Semakin terbuka kisah batin,
Semakin tercurah kasih sayang
Sematkan pada angin
Sebarkan pada langit
Angkasa raya tersipu, awan mata tersapu
Lalu memerdekakan jiwaku yang terjajah asmara

Teu puguh rarasaan mun maca eta puisi ngan ukus sakilas oge rasana diri Ana bungahna teu kaukur. Ti leutik Ana resep pisan kanungarana puisi, geus teu kaitung lomba-omba baca atawa nulis puisi nu dipiliuanana. Kitu oge jeung Rudi, nu nyatakeun cintana make puisi cinta nu matak luluhkeun hate Ana neupiken ka bogoh pisan ka manehna. Komo deui ka Radit mah, Radit geus kasohor ku puisi-puisi unikna di kampus.
Dibukana sms kadua nu eusina puisi ti Radit teh. Samemeh maca ge hate Ana geus teu puguh rarasaan, dag dig dug. Les kabeh pikiran kabeh pinuh ku bayangan tentang Radit, mulai ti seurina Radit, sora na nu lantang di kelas, matana pas ningali Ana neupika cara jalana Radit nu siga nyata nyamperkeun Ana nu keur diuk ngahuleng di korsi.

Kepada Merliana Soebagyo

Sepasang lesung luruh melayang, menjadi lanskap sesosok wajah hingga kala senja yang serupa lepas senyum tatap meluncur.

“subhanallah……..”, Ana ngan bisa istigfar. Ana teu nyangka lamun Radit sok merhatikeun manehna mun keur seuri di kelas. Neupika kempot dina pipi kaler jeung katuhuna diperhatikeun. Migkin bogoh asana Ana ka Radit komo sanggeus maca eta puisi.
Ana teu bisa kitu wae mutuskeun milih Rudi, Radit atawa Pak Encep sorangan. Mun menta saran ka kolotna mah pasti ngijinan jeung satujuna ka Pak Encep. Alesana mah Pak Encep the geus mapan, dewasa bisa ngabingbing jadi kapala rumah tangga, pangpangna mah bisa nyumponan biaya hirup engke geus kawin. Ditambah Ana ge bogoh ka Pak Encep siga Ana bogoh ka Radit, rasana sarua kadarna.
Hape Ana hurung deui, aya sms ti Rudi. Gancang dibuka tuluy dibaca ku Ana meuni ati-ati. Eusina nyaeta ngabejaan ka Ana sangkan Rudi geus katarima gawe di Pemkot (pemerintah kota) Sukabumi di bagian humana tapi inti smsna mah nyaeta rencana Rudi jeung keluargana nu rek datang ngalamar isukan. Langsung ngagebek Ana harita oge sanggeus maca sms ti Rudi.
Leles, teu puguh rarasaan, curuluk cimata ngabasehan pipina nu kempot. Sakedeung Ana hulang huleng bari nyekelan dadana nu deg-degan. Jalan hirupna asa tepararuguh. Dihiji sisi Ana teu bisa nolak Rudi, tapi di sisi lain manehna ngarep pisan ka Radit jeung beurat pisan ka Pak Encep nu direstuan pisan ku kolotna.
Cimatana teu root, ngucur minkinan teu ka kontrol. “ Duh Gusti….. sing di bengraskeun, sing dibuka jalan nu jelas, saha jodoh nu diridhoan ku Gusti”, Do’a Ana jero hatena. Naha ieu cinta teh meni sarua kadarna, eweh nu condong atawa berat ka salah sahiji. Asa teu mungkin mun Ana narima tiluanana jadi salakina. Kitu oge jeung Rudi, Radit atawa Pak Encep nu moal mungkin narima Ana jadi pamajikanana nu poligami.
“Na…Ana…”, kadangu sora indungna ngageroan ti luar kamar.
“kah bu…”, tembal Ana ti jero kamar.
Indungna nyamperkeun kajero kamar, gek diuk indungna dina kasur gigireun Ana nu keur mupus cimatana.
“Neng Ana putri Ibu nu soleh, ibu bungah kacida Tadi siang Encep nyamperkeun Bapak sareng Ibu di kantor. Encep bade ngalamar Eneng enjing sareng keluargana”. Ibuna nagkeup Ana
“jodohmah moal kaman neng, buktina Encep nu dipikabogoh ku eneng teh nyamperkeun ngalamar eneng. Ibu nyatujuan pisan sareng bapak lamun eneng jadi sareng Encepna”.
***
Isukan nu dipikasieun ku Ana kajadian. Tilu mobil datang babarengan parker hareupen imah Ana. Kijang bodas Pak Encep parkir pang harepna, tuluy baleno bereum Radit nu disusul ku xenia anyar boga Rudi. Tiluanana turun babareungan, Pak Encep, Rudi jeung Radit datang jeung keluargana.
Leles asana teh sakabeh badan Ana. Bingung kudu kumaha ngahadapan tilu lalaki dihareupenana nu boga maksud nu sarua nyaeta ngalamar Ana. Ana geus teu puguh rarasaan, manehna ngabalieur kajero imah lumpat ka kamarna. Saking gancangna lumpat, blug Ana labuh.
Bray beunta panon Ana, ditempona sakuliling tuluy nyengir sorangan. Gurubug datang indungna asup gura giru ka kamarna.
“aya naon Neng, ibu meuni reuwas. Ngadangu sora nu labuh”, tanya indungna reuwaseun
“he… teu aya nanaon ibu, Ana gebis ti kasur”, tembalna bari nyengir
“eh Gusti ari Eneng, aya-aya wae. Ngimpen nyah?”, tanya ibuna
“em…..muhun bu…”, tembal Ana bari luk tungkul era
Celeukeuteuk seuri Ibuna bari ngusap rambut Ana. Teu kuat ningali ibuna seuri Ana ge ngilu seuri bari nyaritakeun ngimpina soal jodohna nu satilu-tilu sakaligus.

Senin, 16 Mei 2011

haio haio ....

kirimkan cv n biodata anda...
yang berminat menjadi pengajar...
gogalaxy_education10@gmail.com

Senin, 28 Maret 2011

JUST FUN...Ngobatin bete n rindu rumah (my family)


Ket (dari kanan ke kiri): q'WIED N dHE2...
dUA MAhluk nan cantik (turunan kakaknya hehe)yang memiliki sifat jail, tempramental (q'wied paling pemarah), sedikit pemalu, dll

Mereka yang bikin suasana rumah rame kayak di pasar. kadang kangen sama berantemnya mereka yang suka ngerebutin hal aneh bin konyol. dan pasti diakhirin sama sabetan mautnya mama dengan senjata andalannya 'sapu lidi'.

Kangeun,,,mama, bapa. q'wied. dhe2. aa....

Selasa, 15 Maret 2011

curhat sedikit lebay, hemh2....

Aq tak pandai berkata2, sedikit rangkaian kata tertulis mungkin saja...
memang takdir, melalui fase tertindih dan tersentak pada kasus yang sama...
bukan kehendak jika hati condong pada pilihan yang tak mungkin, sejenak logika pernah merayu untuk berani berkata,
namun keiinginan hati ternyata lebih kuat menarik untuk memendamnya dan menyimpannya di tempat paling dalam...
tak ada yang harus disalahkan, jelas hati menempatkannya di tempat spesial meskipun hanya untuk dipandang, ya masih sebatas itu...
ketika rindu datang untuk menagih sepulir janji yang kian bias, hanya lewat mata yang dapat memandang sosoknya yang semakin pudar karena waktu,
sempat bertanya pada nurani, bisakah namanya ku hapus cepat, secepat kedatangan di kala senja yang belum kutemui, dan perbincangan ringan sebagai pembuka pintu rasaku yang dulu pernah kututup hingga saat itu..


terlalu cepat, selalu, tapi bukan gegabah atau kecelakaan, karena ini persoalan rasa...
dua magnet pada diri ini yang sulit dan tak mungkin kubuang,
egoku sebagai wanita timur dan hati yang selalu mudah membuka rasa yang begitu manis hingga berbekas dan sulit tuk hilang...

empat, lima , rasa manis itu kukecap
memberi kebahagian singkat, selalu diakhiri penyesalan
banyak tanya yang terus mengusik setiap kehadiran yang meninggalkan bekas pada kenyataan...
sungguh, tak indah untuk di mulai

pada titik ini aku menyerah,
sosok tak terduka, berlari menuju beranda hati, duduk hingga berbaring dan meninggalkan siluetnya...

aku bukan sosok rekaan dalam cerita yang kutulis alurnya,juga bukan pemegang takdir yang mungkin bisa saja ku buat seindah mungkin pada hidupku,
aku terbentur dan berhenti pada kenyataan

seharusnya aku diam tak tanggap ketika sosok itu menghampiri dan hanya memberi penawaran yang masih sebatas angan kosong tak bermakna....
aku siap berhenti untuk menangisi statuanya yang tak lagi tersenyum sendiri, aku siap untuk menyimpannya hanya sebagai ulasan singkat seperti celotehan ringan yang tak bermakna, cukup aku yang akan malu pada keputusan tegar itu, dan sementara biarlah kepudaran siluetmu sesuai dengan keinginan waktu...
terima kasih pada apa yang Selalu diberikanNYA...

Minggu, 06 Maret 2011

"Ngarana Biyan!!!", -> cerpen sunda pertamaku yg di muat di majalah, hehe*alhamdulilah dot kom

Ngarana Biyan
Winni Siti Alawiah

Isuk-isuk keneh Deni geus gura giru meresihan buruanana tina dadaunan garing. Ngan teu siga biasana isuk harita mah bebersih buruan teh asa diudag ku waktu. Sangkan poe ayeuna teh manehna jeung warga nu lain rek ngabantuan ngangkutan barang warga nu anyar pindahan.
“hey Den, hayu geura indit Pak RT geus ngadagoan”, ajak Asep panganten anyar nu karek dua minggu jadi bapak
“keheula kagok”, tembal Deden bari ngagunukeun daun-daun garing nu tuluy di diduruk.
“yu atuh ah, urang kaditu tiheula. Ke maneh nyusul nya Den”
“heg ke urang nyusul”
Sanggeus dudurukan Deden bebeja ka pamajikana sangkan rek milu ngabantuan warga nu anyar pindahan. Imah nu rek di cicingan ku warga anyar teh nyaeta imah Ustad Badli nu geus opat minggu di kosongkeun. Cek Pak RT mah Ustad Badli pindah ka kampung Bu Nyaina. Ecek beja mah eta imah teh dijualna murah pedah imahna model baheula keneh.
“eleh eta parabotan meni loba kitu”, hareos Deni dina jero hate
“hey, kalah ngahuleng buru kadieu angkutan ieu barang ka jero”, titah Pak RT bari ngajorowok
“muhun Pak muhun….”
Kakarek nempo nu pindahan mawa barang nu sakieu lobana nepikeun ka opat dogongeun. Patesan Pak RT menta bantuan ka para pamuda. Sajam satengah kabeh barang geus beres diasupkeu ka jero imah, untung loba nu mantuan. Kabayang mun Pak RT, Asep jeung Deden hungkul anu digame meren matak beres sapoeeun.
“Sep, asa teu ningali nu boga imahna ieu teh”, tanya Deden panasaran
“puguh ge. Apanan ceuk Pak RT nu boga imahna mah magrib karek datangna”, tembal Asep bari ngahuapkeu pisang goreng nu disuguhkeun ku Bu RT.
“Oh baruk atuh. “
“eh Den nyaho teu. Warga anyar nu bakal nyicingan imah ieu teh pan gadis keneh”
“wah nu baleg Sep”
“eh matak pamuda daraekeun dititah ku Pak RT mantuan oge pan harayang nempo awewe nu boga imahna”
“oh… jadi mingkin panasaran eng”
“yu ah Den, urang balik tiheula geus didagoan ku pamajikan.”
“jadi maneh moal nempo gadis nu boga imah teh?”
“ah eta mah gampang, isukan ge bisa. Leuwih lila deuih sabab eweh pamuda-pamuda”
“ah keheula urang ge rek balik we ah. He’ehnya mending ge isukan lewih bebas hahaha”
***
Isukna ba’da lohor Asep nyamper ka imah Deden sangkan rek ngajak ka nempo gadis nu nyicingan imah anyar tea. Asep bebeja ka pamajikana rek ngusep jeung Deden ka Cimandiri. Kitu oge si Deden bebeja ka pamajikana rek ngusep bareng jeung si Asep. Ameh kaciri beneran rek ngusep Deden ngajak asep kaburuan keur neangan cacing keur umpan.
“kadenya kang tong magrib teuing mulangna. Laukna ke urang goreng”. Ceuk Rahipah pamajikan Deden bari sasapu di jero imah.
Karek nepi hareup buruan imah anyar si Asep ngerenkeun lengkahna.
“naha Sep kalah eren?”
“tingali atuh Den. Diburuan loba pamuda nu kamari keur nararaon itu teh nya?”
“hayu lah urang tingali we kaditu”
Tepi di buruan nu katempo para pamuda kamari keur bebersih siga aya gotong royong. Ngan bedana gotong royong teh eta mah ngan sauukur di imah eta. Para pamuda teh aya nu nyarapu, ngelapan kaca, ngepel, nepika nu nyekelan kemoceng hungkul ge aya siga eweh deui pagawean.
“teu salah ieu teh Sep”
“he’e sugan ker kaasupan jurig bebersih ieu pamuda teh”
“Sep…sep…. tempo itu di lawang panto. Pak RT jeung awewe”
“subhanallah meni geulis, jangkung bodas, eh meuni mencrang lah”
Asep jeung Deden ngahulang ningali awewe geulis di lawang panto keur ngobrol jeung Pak RT.
“Nuhun pisan nya Pak RT. Meuni ngarepotkeun”
“ah heunte biasana ari di desa ieu mah mun aya warga baru para pamuda sok langsung segut ngabantuan. Teu kedah sungkan nya neng”
“oh sae atuh nya Pak”
“pokokna tong segen nya neng mun bade nyungkeun bantuan. Langsung we ka Bapak”, tembal Pak RT bari sura seri.
Deden jeung asep teu purun nyampeurkeun, maranehna baralik deui.
“wah curiga urang mah”, ceuk Deden bari mikir siga nu karareheul
“sarua urang ge curiga ka Pak RT. Banguna Pak RT aya maksud ngadekeutn eta gadis. Da meuni geulis, saha atuh nu teu kasihir ku eta gadis”, tembal Asep siga nu sumanget
“bener Sep etamah. Pasti Pak RT hayang dekeut. Dasarnya geus kolot oge, teu sieu sugan ku Bu RT nu sakitu galakna”, tambah Deden siga nu pang benerna. Padahal maranehna oge geus pada boga pamajikan.
“kieu we Den ayeuna mah. Urang paburu-buru jeung Pak RT. Da meenya gadis bogoh ka aki-aki siga Pak RT, hahaha. Yu ah ayeuna mah urang mancing”
Akhirna Deden jeung Asep mancing ka Cimandiri. Sapanjang jalan maranehna teu ereun-ereun ngomongkeun Pak RT jeung gadis nu geulis tadi.
***
“kumaha kang, aya panggilan deui keur digawe?” tanya Rahipah bari motongan bawang
“acan Ipah, apanan ari digawe jadi kuli bangunan mah teu tangtu gawena. Mun keur loba nya pasti dipanggil”, tembal Deden bari maca Koran
“nya atuh kang ari kitu mah. Ipah ngan bisa sauukur ngado’a mugi-mugi akang dimudahkeun digawena, amin nya kang”
“amin Ipah. Da keur saha deui ari aya rezeki mah keur pamajikan”
“eh kang arek numis kangkung ari tomat mananya”
“eh naon tomat, cik dieu ku akang we meuli ka warungna”
“sinarieun si akang daekan”
“sakali-kali mah atuh Ipah”
“nya jung atuh kang sarebueun we kang”
Lain ku purun-puruna si Deden teh meuli tomat ka warung, sabenernamah manehna hayang manggihan gadis warga anyar tea. Emang keur rejekina, balikeun ti warung Deden paamprok jeung warga anyar.
“eh bade kamana Neng, nyariya wae?”, tanya Deden bari sura seuri teu ngarumasakeun geus boga pamajikan.
“bade ka warung kang biasa peryogi bawang kanggo numis”
“oh sami atuh akang ge nembe meser tomat kanggo numis”
“mangga atuh kang”
“oh mangga mangga neng”
“meunang ku urang, sigana manehna ge merean”, ceuk Deden jero hate.
Ti samet harita Deden getol mantuan pamajikana digawe di imah komo mun rek meuli babahanan ka warung mah, belaan keur mandi oge diburu-buru. Sangkan hayang ngamprokan neng Yan, nyaeta ngaran gadis warga anyar teh Yanti.
Siga nu embung eleh, Asep ge sok bela-belaan meuli sampe ka kebon ki Supri keur bawaeun ka imah neng Yanti. Mun arek nganjang ka imah Yanti, Asep sok bebeja ka pamajikana rek ngusep atawa rek maen gapleh jeung Deden. Katilu kalian Asep nganjangan imah Yanti manehna asa dibere harepan sangkan Yanti bogoh kamanehna.
Kitu oge Deden, manehna nyaritakeun ka Asep sangkan manehna mingkin bogoh ka Yanti sabab Yanti mere respon positif. Tiap papanggih di warung atawa di jalan, Yantis osok ngajakan nganjang ka imahna. Ngan ukur dua kali Deden nganjangan imahna itu oge bari ngabohong heula ka pamajikana.
“kumaha nya Den, da urang mah asa kapelet ku si Yanti teh”
“naha kitu?”, tanya Deden polos bari ngaitkeun cacing kana kail.
“da rarasaan teh sikap manehna beda pisan ka urang mah. Sigana manehna ge bogohen”
“ah cek saha. Kaurang ge sarua!”
“nu puguh mah nanya langsung ka Yantina!”
“kos nu heeh. Pan maneh teh anyar boga pamajikan si Arni rek dikamana keun?”
“nyaeta atuh. Mun daekeun si Arni di madu ku urang”
“lain kitu, mun daekeun si Yanti jadi pamajikan maneh”
“ah geus ah, tong waka di bahas rarieut jadina teh”
***
“kang terang te, apanan Pak RT keur teu akur jeung Bu RT na”, beja Ipah bari nyuguhkeun teh manis dina meja.
“hah nu bener, naha kunaon bisa teu akur kitu?”, tanya Deden bari nyuruput teh manis dina muk gede.
“ceuk ibu-ibu mah, Pak RT teh rek poligami”
“wah Ipah nu bener!!!” Deden siga nu tepercaya.
“apanan gara-gara si Yanti warga anyar tea kang. Cenah mah Pak RT teh kapelet ku awewe eta teh”, tembal Ipah ngile pangeheulkeun.
“kade tah kang tong deket-deket jeung si Yanti bisi kapelet jiga Pak RT!!”
“Oh kowo we. Meenya akang bogoh ka nu kitu”. Deden nungkul
Carita Pak RT arek poligami teh geus nepi ka ibu-ibu sakampung. Ti harita oge ibu-ibu jadi arijiden ka Yanti. Mun ka warung Yanti sok disindiran, mun pangajian ka masjid ge sok dijarauhan.
“teu nyangka eta aki-aki hayang ka si Yanti”
“saha Sep?”
“eta Pak RT. Nepika teu akur jeung Bu RT na geus saminggu. Cenah Pak RT hayang poligami”
“oh heeh. Moal ge daek si Yanti dikawin ku aki-aki tujuh mulud kitu”
“da kumaha deui meren ari bogoh mah. Jiga arurang we. Ngan bedana arurang mah can nepikeun rek ngawin si Yanti”
“bener. Da arurang mah kieu-kieu ge nyaah keneh ka pamajikan. Bener teu Sep?”
Asep nembalan ku seuri.
***
Poe minggu subuh keneh imah Yanti geus pinuh ku warga kampung. Yanti diupahan ku ibu-ibu, manehna reuwas keneh ku kajadian di imahna peuting harita. Malem minggu jam sapuluhan imah Yanti di datangan maling.
Harita Yanti keur lalajo tipi, jol-jol ti jandela aya lalaki duaan asup mawa cerulit jeung bedog. Pas arek ngajerit menta tolong Yanti geus di todong ku cerulit. Teu bisa walakaya nempo maling ngagaradahan lomari kamarna nepi ka di acak-acak. Geus meunang duit jeung emas nu aya di lomari, maling teu mangku Yanti ka kamar. Yanti teu berontak, manehna kalah nyingraikeun erokna di hareupeun maling nepikeun eta maling siga nu kasima. Keur kitu Yanti lumpat kaluar imah bari ngajorowok menta tulung.
***
“geus ningali Koran Sep?”, tanya Deden gek diuk di harepeun Asep
“geus dua kali Den. Pamajikan urang mah kalah seserian macana ge”
“naha seserian?”, tanya Deden panasaran
“nyaeta, apanan dina Koran disebutkeun mun maling teh kabur sabab ningali korban nu nembongkeun bobogaana”
“hahaha. Puguh ge urang ge hayang seuri Sep. naha bener si Yanti teh awewe. Hahaha”
“da emang awewe. Ngan awewe nu bobogaanana kawas lalaki”, tembal Asep
“nu bener mah awewe jadi-jadian, lalaki nu nyalahan kodrat. Ngaran KTP na ge apan BIYANTO naha jadi YANTI. Kudu namah Neng Yanto. hahaha” tambah Deden bari cacalakatakkan.
“untung nya, urang jeung maneh can neupikeun siga Pak RT rek ngawin si Yanti”
“untung pisan. Matak ngaliang mun jadi Pak RT da era atuh. Mun jadi ngawin si Yanti, dina Koran teh “RT kampung Sarijadi ngawin awewe perjaka” hahaha. Pan teu lucu”
“hahahaha. Bisa wae maneh mah” Asep seri ngagakgak.

Selasa, 15 Februari 2011

artikel wien!!!

Esay
Tema: “Partisipasi dan Peran Aktif Wanita dalam Dunia Politik/Pemerintahan”
Wanita Berpolitik Adalah
Wanita Tangguh Berperan Ganda!!!
Oleh Winni Siti Alawiah

‘Tabu’ bukan lagi menjadi kata yang dapat dibenarkan untuk wanita yang berkecimpung di ranah politik. Menjadi sebuah hal biasa bahkan terlalu lumrah di era seperti ini jika seorang wanita memutuskan untuk berkarier di bidang politik. Partisipasinya pun tidak perlu diragukan lagi, hampir di setiap instansi pemerintahan kita akan menemukan fakta bahwa banyak wanita yang berperan penting dan memegang jabatan tinggi di instansi tersebut.
Politik tidak akan terlepas dari peran pemerintah sebagai penentu arah. Banyak negara di dunia ini yang menggunakan berbagai cara melalui arah dan pandangan politik untuk mengatur sistem pemerintahannya. Begitu pula dengan Indonesia sebagai negara republik yang sudah tiga kali berganti haluan politik.
Sebagai pelaksana politik yang baik tentu saja wajib untuk mengetahui dan memahami esensi dari politik itu sendiri. Hal tersebut menunjukkan bukan hanya kaum adam saja yang dapat berpolitik melainkan wanita yang selama ini dianggap sebagai nomor dua dalam hal kepemimpinan dan perannya dalam segala aspek pun dapat melakukan tindakan politik dengan dasar di atas.
Anggapan bahwa wanita merupakan nomor dua dalam hal kepemimpinan dan perannya dalam segala aspek dibandingkan dengan laki-laki sudah dapat ditepis. Semua itu dapat terlihat dari prestasi dan keterampilan yang ditunjukkan kaum wanita selama ini yang memunculkan anggapan bahwa antara wanita dan laki-laki tidak banyak terdapat perbedaan. Prestasi dan keterampilannya tersebut dapat dilihat dari kepemimpinan dan peranan wanita dalam kehidupan politik di negara kita.
Kekuatan berupa ketegaran, ketegasan, dan ketepatan dalam mengambil keputusan merupakan ciri yang dimilki wanita sekaligus menjadi syarat bagi kepemimpinannya. Sehingga, beban dan tanggung jawab seorang wanita pemimpin lebih besar dari tanggung jawab laki-laki, dimana wanita berperan ganda yaitu tanggung jawabnya baik sebagai ibu dalam rumah tangga maupun tanggung jawab sebagai pemimpin dalam karirnya.
Kesejajaran antara wanita dengan laki-laki dalam berbagai hal termasuk politik sudah diperjuangkan sejak dulu. Kita pasti mengenal RA. Kartini, seorang wanita priai yang berusaha membangkitkan peranan wanita dimasa itu dengan tindakannya agar wanita memiliki pemikiran dan tindakan yang modern. Dengan demikian, adanya persamaan hak diberbagai aspek kehidupan yang berhasil menggeser pandangan terdahulu.
Sebut saja Megawati, seorang wanita pertama yang telah berhasil menunjukkan eksistensinya di bidang politik pemerintahan. Bukan suatu kebetulan bagi seorang Megawati dapat menduduki jabatan ‘orang nomor satu di Indonesia’ pada saat itu. Pengalaman dan tentu saja keahliannya yang memberinya ruang gerak di ranah politik yang saat itu masih belum dapat mengakui wanita sepenuhnya sebagai pelaksana politik yang baik.
Namun Megawati telah menunjukkan bahwa wanita pada saat itu telah berhasil mengatasi hambatan-hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat. Hambatan-hambatan itu yang tadinya menjadi alasan kuat penolakan wanita untuk berpolitik. Ibrahim (dalam Tan 1991 : 16) menjelaskan beberapa hambatan yang muncul dari kepemimpinan wanita,
Pertama, hambatan fisik. Perempuan, katanya dibebani tugas “kontrak” untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui. Keharusan ini mengurangi keleluasaan mereka untuk aktif terus menerus dalam berbagai bidang kehidupan. Bayangkan jika perempuan harus melahirkan sampau lebih selusn anak pastilah usia produktifnya habis dipakai untuk tugas-tugas reproduktif yang mulia itu.
Kedua, hambatan teologis. Untuk waktu yang lama, perempuan dipandang sebagai mahluk yang dicipta untuk lelaki. Termasuk mendampingi mereka, menghiburnya, dan mengurus keperluannya. Perempuan, menurut cerita teologis seperti ini, diciptakan dari rusuk lelaki. Cerita ini telah jauh merasuk dalam benak banyak orang, dan secara psikologis menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk mengambil peran yang berarti.
Ketiga, hambatan sosial budaya. Terutama dalam bentuk stereotipikal. Pandangan ini melihat perempuan sebagai mahluk yang pasif, lemah, perasa, tergantung, dan menerima keadaan. Sebaliknya lelaki dinilai sebagai mahluk yang aktif, kuat, cerdas, mandiri, dan sebagainya” dibanding perempuan.
Keempat, hambatan sikap pandang. Hambatan ini antara lain bisa dimunculkan oleh pandangan dikotomistis antara tugas perempuan dan lelaki. Perempuan dinilai sebagai mahluk rumah, sedangkan lelaki dilihat sebagai mahluk luarrumah. Pandangan dikotomistis seperti ini boleh jadi telah membuat perempuan merasa risi keluar rumah, dan visi bahwa tugas-tugas kerumahtanggaan tidak layak digeluti lelaki.
Kelima, hambatan histori. Kurangnya nama perempuan dalam sejarah di masa lalu bisa dipakai membenarkan ketidakmampuan perempuan untuk berkiprah seperti halnya lelaki.


Seiring perkembangan zaman, arus informai dan komunikasi yang masuk dan diterima oleh kaum wanita menyebabkan kesempatan untuk mengembangkan diri, berpolitik dan kepemimpinannya terbuka lebar. Kelima hambatan di atas bukan lagi tembok besar yang menghalangi langkah wanita untuk berkarier seperti lelaki.
Di era pendidikan ini tidak menutup kemungkinan bagi seorang wanita untuk melenggang dengan bebas ke dalam gedung MPR dan DPR. Namun tentu saja dengan segudang keahlian politiknya yang dapat dikontribusikan dalam bentuk kebijakan, tindakan, bahkan responnya terhadap masyarakat.
Sejarah telah memberikan gambaran yang begitu nyata bagi kita bahwa sejak dulu pun wanita telah berkontribusi aktif dalam dunia politik negeri ini. Pemerintahan yang berjalan sekarang pun tidak terlepas dari peranan wanita dalam setiap aspeknya.
Kembali pada peran ganda yang harus dilaksanakan oleh seorang wanita yang memilih berkarir dibidang politik. Peran ganda tersebut seperti yang dikemukakan oleh Suwondo (1981 : 266),
1. Sebagai warga negara dalam hubungannya dengan hak-hak dalam bidang sipil dan politik, termasuk perlakuan terhadap wanita dalam partisipasi tenaga kerja; yang disebut fungsi ekstern;
2. Sebagai ibu dalam keluarga dan istri dalam hubungan rumah tangga; yang dapat disebut fungsi intern.
Kedua fungsi yang dikemukakan Suwondo tersebut merupakan dasar peran yang dimiliki wanita terutama mereka yang memiliki karier, sehingga wanita harus benar-benar dapat mengatur perannya agar kedua peran tersebut tidak ada yang terabaikan. Jika tidak, maka kehidupan akan menjadi tidak seimbang, sehingga tidak jarang di antara mereka yang hanya memilih salah satu peran, akibatnya terdapat salah satu peran yang dikorbankan.
Sebagai contoh, ada beberapa wanita karier yang aktif berpolitik dan mengabaikan peran utamanya sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut tentu saja menyebabkan keretakan yang mengancap kelangsungan perkawinannya, dan pada akhirnya wanita itu akan memilih bercerai dan hidup sebagai single parent.
Namun banyak pula wanita yang dapat mempertahankan keutuhan perkawinannya dan kelangsungan kariernya dalam bidang politik dengan seimbang. Seimbang dalam arti menjadi ibu rumah tangga yang baik ketika berada ditengah-tengah keluarganya dan menjadi wanita dengan jiwa militan ketika berpolitik. Dengan demikian, jelas bahwa wanita yang unggul dan tangguh wanita yang dapat berjuang menghadapi berbagai tantangan apabila peran gandanya dapat dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Menjadi wanita yang berjalan di ranah politik tidaklah mudah. Diperlukan sikap kepemimpinan dalam bentuk kedewasaan dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Seperti pandangan politik yang kuat dan dasar-dasar berpolitik yang baik akan menjadi modal utama.
Terlepas dari itu semua, kita harus mengakui bahwa wanita Indonesia berhasil menggeser anggapan terdahulu yang tidak menghiraukan keberadaan wanita khususnya dalam berpolitik. Perlu diingat bahwa wanita berpolitik merupakan wanita yang berhasil melaksanakan peran gandanya sebagai ibu rumah tangga dan wanita karier. Maka, wanita tangguh merupakan julukan yang tepat untuk mereka yang berhasil mengemban tanggung jawab gandan dalam kehidupannya.

Kamis, 06 Januari 2011

TUGAS PENGGANTI UAS PAK KOSASIH!!!!

TUGAS PENGGANTI UAS
by Merinda Solikhah on Friday, 07 January 2011 at 10:28

TUGAS PENGGANTI UAS





Mata kuliah : Belajar dan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen : Dr. H. E. Kosasih, M.Pd.





1. Apa saja buktikan bahwa KTSP menggunakan pendekatan komunikatif!
2. Bu Lia, seorang guru bahasa Indonesia, akan mengajarkan materi tentang kalimat efektif di dalam KD berbicara. Bagaimana cara Bu Lia menempatkan materi tersebut di dalam proses pembelajarannya apabila ia menggunakan pendekatan komunikatif?
3. Bagaimana relevansi pendekatan berbasis kecakapan hidup bagi pengajaran bahasa Indonesia? Ilustrasikan contoh penerapannya dalam KD tertentu!
4. Jelaskanlah keunggulan-keunggulan dari pendekatan pembelajaran kontekstual! Jelaskan pula contoh penerapannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia!
5. Perhatikan KD berikut!

Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif.

1. Jelaskanlah metode dan media yang sesuai dengan KD tersebut!
2. Tuliskan contoh soal untuk KD tersebut dengan menggunakan jenis evaluasi yang berpendekatan pragmatik!





Keterangan

Pengumpulan tugas ini dilakukan secara kolektif (dalam satu folder) melalui ketua kelas selambat-lambatnya tanggal 12 Januari 2011 melalui email ekos_kosasih@yahoo.com. Ketidakturutsertaan penyerahan tugas di dalam kolektivitas tersebut dianggap tidak hadir di dalam kegiatan UAS.