Perasaan dan asa masih saling mnegejar,
tapi kenyataan memberikan tanda kelam, kesedihan, dan kesakitan terpendam.
"benar saja, mata yang sudah membendung itu akhirnya menurunkannya perlahan hingga melapisi kulit pipinya", hati mulai tak bisa menata kata
logika dan logika saling berargumen mengatasi,
hingga teguran denting jam menyadarkannya untuk segera menyeka mereka.
Untuk saat ini cukup dan tidak akan berulang, hanya di kalbu belum tersampaikan
maka pada kata dimohon untuk membantunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar